Sinar matahari yang berwarna agak kemerahan itu mengintip dari celah gerombolan awan putih yang menjadi satu. Berjalan naik dari arah timur, berjalan menuju tengah tengah-tengah langit biru dan terlepas dari gerombolan awan, menandakan bahwa hari sudah mulai siang. Sekitar pukul 11.30, seorang pria paruh baya dengan setelan baju kantoran dan tas slempangnya pulang ke rumahnya menggunakan sepeda motor yang dikendarainya.
Menstandarkan motor tersebut dan masuk ke dalam rumah melewati sang istri yang masih menangani pelanggan salonnya untuk dismoothing. Melihat suaminya pulang cepat, membuat wanita paruh baya itu melirik sedikit ke arah suaminya yang berjalan melewatinya. Seakan berkata 'ada apa?' Di dalam hatinya. Setelah selesai menangani pelanggan salonnya, wanita paruh baya itu menemui sang suami yang ternyata masih terduduk di ruang keluarga sambil mengurut keningnya dan memejamkan matanya. Wanita itu duduk di sebelah kanan suaminya dan mengelus lengan kanannya.
"Ada apa sih, Pa? Kok kelihatannya sedang banyak pikiran gitu? Kenapa? Sini, cerita ke Mama." Ucapnya.
"Hah~ perusahaan tempat Papa bekerja bangkrut, Ma." Ucap sang suami sambil mendongakkan kepalanya dan menatap wajah sang istri.
"Astaga, jadi karena ini Papa pulang cepet?"
"Iya, Papa harus mencari pekerjaan lain, tapi perusahaan lain-"
"Gak usah aja, Pa. Mending kita usaha aja, salon Mama bisa buat usaha Papa."
"Jangan, Ma. Nanti Mama mau usaha apa kalau salon sudah tidak ada?" Sang istri pun tersenyum sambil memegang kedua tangan suaminya.
"Mama bantu-bantu Papa aja."
"Lalu, kita akan usaha apa, Ma?"
_
Di tanah Lot, sepasang kekasih sedang melayani beberapa pembeli kaos sablon yang mereka jual. Karena terlalu banyak pembeli, membuat keduanya merasa pegal dan ingin beristirahat. Tokonya pun diberi label 'Tutup' selama mereka beristirahat. Mereka berdua adalah Ian dan Nurul.
"Sayang, aku laper," keluar sudah sifat manja Ian yang duduk di kursi depan toko.
"Iya-iya, ayo kita ke kedai favorit kita dekat sini." Nurul sambil berjalan mendahului Ian.
"Ish, kenapa kau meninggalkanku?" Ucap Ian bergelayut manja di tangan Nurul.
"Hah... sebenarnya kau ini lelaki atau perempuan? Kenapa manja sekali sih," Nurul menatap ke arah depan. Ian menatap wajah Nurul dari samping.
"Kau tersenyum."
"Memangnya kapan aku tidak tersenyum ketika sedang bersamamu?"
"Ah, benar juga."
Mereka berdua pun sampai di kedai dan duduk bersebelahan dibangku kedai sambil memandangi pantai. Ketika makanan datang, mereka mulai makan sambil saling menyuap satu sama lain.
"Sini buka mulutmu, Ian, aaa." Ucap Nurul, dan Ian menurut saja.
"Hah... aku seperti sedang menyuapi bayi besar rupanya." Lanjut Nurul.
"Bayi? Aku sudah...
Remaja, tahu!" Ian tidak terima jika dibilang seperti bayi.