Pacar Online 2021

Nurul Adiyanti
Chapter #36

Dugaan

Setelah kejadian ditemukannya mayat Bu Retno yang tergeletak di bak sampah dalam keadaan wajah yang sudah pucat pasi dan bahkan membiru, serta di lehernya seperti ada cengkeraman kuku tajam sang pelaku membuat warga desa Gareng berkumpul di rumah Pak RT pagi ini untuk membahas hal tersebut. Ekspresi mereka begitu terkejut, rasa takut pun mulai menyelimuti pikiran mereka semisal hal yang sama terjadi pada mereka di kemudian hari.

“Gimana nih, Pak RT? Dari kejadian Bu Retno, apakah mungkin desa kita ini sudah tidak aman lagi?” tanya salah satu warga.

“Sebentar ya, Pak. Dari hasil autopsi, ada bekas cakaran tangan manusia di leher Bu Retno, seakan seperti dicekik oleh seseorang. Ini sudah termasuk tindakan kriminal. Mungkin ada salah satu dari warga kita atau tetangga sebelah yang melakukan hal ini. Tapi tidak tahu siapa itu. Jadi kita harus menyelidiki masalah ini lebih lanjut supaya tidak ada korban lagi.”

“Lalu, kasus hilangnya Bu Sindi bagaimana, Pak RT? Apakah semua ini juga ada hubungannya?”

“Iya, Pak RT. Semalaman saya dan anak saya mencari istri saya, namun kami tidak kunjung menemukannya. Dia hanya pamit untuk membeli sembako di rumah Bu Rina 2 hari yang lalu. Saya juga sudah mencari sampai di toko Bu Rina, tapi kata Bu Rina istri saya sudah pulang dengan Bu Sindi malam itu. Dan baru sekarang ketemu dan malah sudah dalam keadaan seperti ini,” jelas suami Bu Retno dengan suara parau dan wajah sedihnya.

“Sudah, Pak. Mungkin sudah takdir. Semua sudah terjadi, kita juga tidak bisa mengembalikan apa yang sudah tiada. Ikhlaskan ya, Pak,” sahut salah satu warga menenangkan suami Bu Retno.

“Lalu mama saya giamana, Pak RT? Saya juga sudah mencarinya, namun sampai sekarang belum ditemukan.”

“Nah ini, kuncinya ada di Bu Sindi. Kalau Bu Sindi kembali, beliau mungkin bisa menceritakan semuanya dan kita bisa melanjutkan kasus ini ke pihak yang berwajib. Gini saja, kita urus dulu mengenai pemakaman Bu Retno untuk hari ini, dan mulai nanti malam kita adakan ronda malam supaya desa kita ini tetap aman dari gangguan orang-orang jahat. Untuk masalah ini kita tutup dulu sampai Bu Sindi ditemukan. Bagaimana? Apakah kalian setuju?”

“Setuju, Pak RT!!!!”

_

Sebuah mobil yang cukup besar berwarna silver memasuki parkiran kantor polisi Denpasar, Bali. Dua orang gadis pun keluar dari mobil mewah itu dan menutupnya kembali. Satu gadis berambut sepunggung yang terurai memakai kacamata berwarna hitam yang keluar dari sisi pengemudi, dan gadis satunya berambut kuncir satu keluar dari kursi penumpang.

Sinar panas matahari yang sudah berada di atas kepala pun menyapa mereka berdua yang sedang berjalan masuk ke dalam kantor polisi untuk menemui seseorang. Benar saja, sekarang mereka berdua sudah berada di depan salah satu sel tahanan. Seorang gadis dengan rambut yang berantakan tengah duduk di dalam sel tahanan tersebut sambil menekuk lututnya dan melingkarkan kedua tangannya di pinggir lututnya.

Gadis itu hanya sendirian di dalam sel tahanan itu. Melihat ada yang datang, Ia pun mendongakkan kepalanya, menghadap ke arah dua gadis yang tengah menatapnya remeh.

“Hai, bukankah kau pacarnya Ian?” tanyanya sambil melambaikan tangan beberapa kali sebagai tanda perkenalan dengan si gadis di dalam sel.

“Mangapa kau bisa berada di dalam sel tahanan ini? Apa Ian sudah mulai meninggalkanmu? Atau karena Ian yang melaporkanmu? Kasihan sekali,” Lanjutnya dengan tatapan mata remeh dan senyum smriknya.

“Diam! Kau tidak mengetahui apa pun! Jadi jangan sok tahu! Lagi pula kau siapa? Aku tidak mengenalmu,” balas gadis dalam sel.

Lihat selengkapnya