Pacar Online 2021

Nurul Adiyanti
Chapter #42

Istirahat

Nurul POV

Setelah naik taxi online yang harusnya membutuhkan waktu hanya satu jam, tapi karena terjebak macet, alhasil dua jam aku baru sampai di kotantempat tinggalku, yaitu perumahan Pakuwon Kendal. Aku membayar pak sopir lebih dulu, barulah turun dari mobil taxi online itu dan menyeret koper menuju halaman rumahku. Mengetuk pintu beberapa kali agar kedua orang tuaku mendengar dan segera membukakan pintu untukku.

'Tok Tok Tok!'

Karena tak kunjung dibukakan pintu, aku pun mencoba untuk mengetuknya lagi.

'Tok Tok Tok!'

'Ceklek.'

'Kriet.'

"Rul? Kau sudah sampai?" Tanya Ibuku sambil menarik tangan kananku masuk ke dalam rumah dan menutup kembali pintu rumah.

"Syukurlah, kamu sudah pulang, Rul. Istirahatlah, kamu pasti capek kan, habisa perjalanan jauh," saran Bapak yang duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.

"Nanti lah, Pak. Aku mau duduk disini dulu bareng kalian," jawabku. Karena aku sangat merindukan mereka berdua. Selama di Bali, aku benar-benar harus menentukan sesuatu sendiri tanpa campur tangan sedikitpun dari orang tuaku. Itulah yang membuat sangat berbeda jika hidup berpisah dengan orang tua dan bersama orang tua.

"Ya sudah, istirahat dulu disini. Ibu taruh kopermu di kamar ya, mau Ibu buatin es teh?" Tanya Ibu padaku yang memang sedang panas antara pikiran dan hati karena Ian tak kunjung menghubungiku hingga sekarang, membuat pikiran ini semakin over thinking.

Bukan, bukan berarti aku takut dia selingkuh atau apa, tapi aku hanya takut dia kenapa-kenapa. Atau bahkan memang dia belum sampai? Muatahil sih, kalau Ian belum sampai karena dia gak ada transit pesawat. Aku juga takut Ian menjadi pembohong, aifat yang paling aku benci selama ini.

"Iya, Bu. Es teh saja supaya hawa disini bisa sedikit digin." Ucapku yang tadinya duduk, sekarang berganti posisi menjadi merebahkan diri di sofa.

"Gimana kamu kerja di Bali bareng Paman Supri? Seru gak? Cerita dong ke Bapak." Bapak mencoba mencairkan suasana diantara kami. Aku hanya bisa tersenyum sembari mengingat waktu pertama kali ke Bali dan langsung disuguhkan dengan Ian yang membawa beberapa pakaian sablon yang dibawanya hingga jatuh dan hampir mengenai seorang ibu-ibu yang anaknya masih balita. Bukannya segera menjawab pertanyaan Bapak, aku justru malah tertawa mengingat hal itu.

Lihat selengkapnya