Setelah sekian lama menganggur membuat Nurul semakin dihantui rasa bersalah. Bagaimana tidak? Kedua orang tuanya masih bekerja bahkan diusianya yang sudah tua. Harusnya dirinya yang menggantikannya bekerja, bukan? Tapi malah Ia hanya bersantai dirumah saja. Ya, meskioun Nurul sudah mencoba untuk melamar di berbagai perusahaan ternama daerah Semarang, tapi sampai saat ini belum ada panggipan kerja. Membuat Nurul semakin sedih. Pernah juga kala itu, Nurul mencoba untuk melamar sebagai pegawai bank, ketika sudah seleksi kedua, ternyata malah ditolak oelh pihak bank karena tidak memenuhi syarat kedua.
"Hah, aku hafus apa sekarang?" Monolognya yang kini hanya terdiam di meja belajar kamarnya sembati menopang dagunya.
Setiap hari Ia berhadapan dengan laptop untuk melamar pekerjaan tapi tidak ada satu pun perusahaan yang mau memanggipnya untuk bekerja. Ada pun itu sangat jauh, yaitu di Jakarta. Orang tua Nurul tidak mau jika Nurul bekerja jauh tanpa ada pengawasan. Kalau kemarin kan ada pamannya sekarang jika di jakarta akan diawasi oleh siapa? Tidak ada. Itilah yang ada di pikiran kedua orang tua Nurul. Sehingga mau tidak mau Nurul harus keterima kerja di Semarang. Karena kota yang dekat dengan pabrik dan juga PT Industri adalah kota Semarang. Nurul mencari informasi lagi seputar lowongan pekerjaan di google. Alhasil Ia menemukan pekerjaan sebagai sekretaris di perusahaan Kawasan di Semarang.
"Apa aku mencoba untuk melamar di PT ini ya? Lumayan juga posisinya sebagai sekretaris, mungkin tugasnya hanya membuat proposal dan laporan pertanggungjawaban perusahaan kan? Coba aja lamar ah." Ucap Nurul pada dirinya sendiri sembari membuat CV dan lamaran lekerjaan terbarunya lebih dulu di aplikasi word.
"Yaps, tinggal ngeprint, besok kesana deh." Lanjutnya.
Nurul mulai mengeprint berkas lamaran pekerjaannya menggunakan printer pribadinya. Juga dirinya sudah punya amplop besar berwarna coklat yang sering digunakan seseorang untuk melamar pekerjaan. Sembari mempersiapka berkas kerja, Nurul juga masih berpikir jika tidak diterima di PT ini maka akan bekerja di pabrik mana.
"Kalau gak diterima juga, aku bakap nyoba jadi penyiar radio aja deh. Di RRI Semarang." Pikirannya terus berubah.
"Tapi di RRI seleksinya lebih ketat dalam hal berbicara." Ia pencongkan mulutnya ke kanan dan ke kiri untuk mempertimbangkan pemikirannya sendiri tentang pekerjaan saat ini.
"Hmm, gimana ya?"
"Gak papa deh, dicoba aja, kalau rezeki gak akan kemana kok. Semangat, Nurul!" Ucapnya sembari meninju udara dengan mengginakan tangan kanannya sambil tersenyum semangat. Kemudia Ia melihat lowongan pekerjaan lagi sebagai pramugari pesawat. Ia berpikir lagi.
"Sebenarnya aku juga masuk sih kalau pramugari. Tinggiku 162, berat badanku juga ideal. Ah, nanti bisa kena marah Bapak dan Ibu aku kalau bekerja jauh-jauh. Aissh! Sudahlah, hatiku sudah mantap jadi sekretaris! Dan aku yakin, pasti diterima." Dengan pemikiran yang positif, Nurul segera melaksanakan apa yang sudah direncanakan.
Ketika sedang asik dengan pikirannya sendiri dalam hal mencari pekerjaan, suara ponsel pun berdering.
Kring~
"Siapa nih yang nelpon?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Dilihatnya nama si penelepon adalah teman satu angkatan kuliahnya duku, yaitu Nelly.
Dalam panggilan telepon
"Eh, Nel. Ada apa? Tumben nelpon."
"Gak papa, sih. Hanya pengen tanya ke kamu aja. Udah kerja belum? Hehe, aku belum kerja soalnya."
"Owalah, kirain ada apa. Aku belum, baru aja besok kau ngelamar."