Matahari tak terasa sudah berada di atas kepala kita, menandakan bahwa hari sudah mulai siang. Tapi seorang pemuda dengan kaos berwarna abu-abu sedang membantu papanya untuk menata kaos-kaos yang baru saja disablon oleh para karyawan. Sambil menata, Ian hanya berdiam diri tanpa berkata sepatah kata pun. Biasanya Ia akan cerewet dengan bertanya ini dan itu tentang perbisnisan juga. Tapi mengapa sekarang berbeda? Itulah yang ada di pikiran papanya saat ini. Ian justru malah hanya duduk di lantai sembari menghitung satu per satu. Biasanya Ia akan duduk di kursi dengan menghitungnya dengan cepat, menulis list kurang berapa kaos yang seharusnya dipesan oleh klien papanya. 'Pasti Ian merindukan Nurul.' Pikir Pak Galang yang mencoba mengerti situasi ini dan segera menanyakannya kepada Ian.
"Kau pasti merindukan Nurul kan?" Ian yanh terkejut karena mendengar suara sang papa sudah berada di dekatmya pun berjengit kaget sambil mengelus dada ratanya. Matanya langsing menoleh ke arah sumber suara yang ternyata sudah berada di sebelah kirinya.
"Papa?"
"Ya, Papa tahu, kamu galau begini pasti karena rindu dengan kekasihmu itu kan?" Tanya Pak Galang sembari tersenyun kepada Ian. Ia tahu bahwasannya putranya kali ini sedang meeindukan kemenakan Pak Supri yang tinggal di Kendal.
"Dih, Papa sok tahu deh." Ian mengelak, tidak teeima jika nanti sang appa akan menjulukinya anak cinta karena merindukan sang kekasih.
"Lho, beneran, terlihat dari ekspresi wajahmu itu kalau kamu lupa," sindir Pak Galang
"Tapi bukan karena itu saja Ian galau, Pa," jawab Ian.
"Trus kenapa dong? Karena masalah apa? Cobalah cerita dengan Papa, siapa tahu bisa membantu."
"Aku, hanya ingin bekerja di luar Jakarta, Pa."
"Sendiri?" Ian mengangguk.
"Ya, sejenis merantau gitu. Aku hanya hanya ingin merasakan bagaimana hidup sendiri tanpa orang tua. Aku juga tidak ingin terlalu menyusahkan Papa yang seakan aku malas untuk mencari kerja di usia yang masih muda.
"Tapi, umurmu masih 19 tahun, Nak. Apakah ada perusahaan yang mau menerimamu?" Tanya Pak Galang.
"Nah, maka dari itu harus harus mencobanya supaya tahu apakah bisa atau gak."
"Hmm, iya sih. Kamu pasti juga supaya bisa berdekatan dengan Nurul kan?"
"Ya, salah satunya itu, Pa."
"Baiklah, Papa izinkan. Tapi, kamu juga harus minta izin kepada Mamamu dulu ya."
"Baik, Pa."
_