PACAR SEKELAS

Frasyahira
Chapter #4

Jangan! Lo disini aja

Sanny berdiri menghadap ke arah mading. Ia membaca artikel yang terlihat menarik karena disertai dengan beberapa foto. Dari arah ruang OSIS, Fauzan berjalan ke arah Sanny yang tengah serius membaca artikel di mading. Fauzan yang salah satu cowok tampan di sekolah selalu memakai jam di pergelangan tangan kirinya. Fauzan berdiri tepat di samping Sanny yang belum menyadari kehadiran pria itu.

"Artikelnya menarik ya," kata Fauzan.

"Iya, yang nulis pasti orangnya 'perfect'," gumam Sanny masih belum menyadari orang yang berdiri di sampingnya adalah Fauzan. Sanny menoleh ke arah samping. Ia sedikit terkejut ketika melihat pria itu berdiri di samping. "Eh, Fauzan. Ya ampun gue pikir siapa."

Laki-laki itu tersenyum. Oh tidak! Baru kali ini Sanny melihat senyuman Fauzan dengan jarak sedekat itu. Meskipun sekelas tapi mereka berdua sangat jarang mengobrol. Fauzan lebih sering bermain dengan kedua temannya, Alto dan Izal. Melihat senyuman Fauzan dari jarak sedekat itu membuat ia mengingat senyuman Kanzo yang tidak kalah menariknya. Eh tunggu sebentar kenapa ia malah memikirkan senyuman laki-laki itu. Sanny menggelengkan kepalanya untuk menyingkirkan pikirannya tentang Kanzo.

Fauzan tersenyum kecil. Ia sedikit mengerutkan alisnya, ia menatap bingung ke arah Sanny yang terlihat sedang memikirkan sesuatu. "Kenapa?"

"Eh.. emmm enggak, enggak apa-apa," jawab Sanny.

"Oh iya kita harus tentuin tema apa yang mau kita ambil buat tugas dari Bu Husni," kata Fauzan.

Sanny meangguk angguk kecil. "Iya, iya tapi kita bertiga harus rapat dulu supaya tema yang kita ambil berdasarkan kesepakatan kita bertiga," ujar Sanny.

"Kita bertiga?" 

"Iya kita bertiga. Lo, gue sama Kanzo. Kenapa memangnya?"

Fauzan menelan ludahnya, seperti ada sesuatu yang ingin ia katakan tapi tidak bisa. Laki-laki itu memasukan kedua tangannya kedalam saku celananya. Ia tersenyum sambil menarik napasnya. "Enggak apa-apa. Yaudah nanti pulang sekolah kita rapat."

"Ok." Lalu Sanny berjalan pergi meninggalkan Fauzan di depan mading. Baru beberapa langkah ia menghentikan kedua kakinya itu ketika Fauzan mengatakan sesuatu yang membuatnya sedikit terkejut.

"Yang nulis artikel itu gue. Foto-fotonya juga gue yang ngambil sendiri," ujar Fauzan.

Sanny meangguk kecil sambil berjalan mundur ia lalu tersenyum dan benar-benar pergi dari sana.

Di kantin Jokan sedang duduk di samping Nadya yang tengah makan mie ayam. Jokan menunggu sejak tadi namun Nadya seolah tidak mempedulikannya. Gadis itu hanya fokus pada makanan yang ada di hadapannya. Sepertinya Nadya sengaja melakukan hal itu. Karena baginya menyenangkan melihat Jokan memohon mohon seperti itu. Nadya merasa dirinya sangat di butuhkan oleh Jokan saat itu.

"Udah belum makannya. Cepetan kita harus rapat buat tentuin tema tugas kita," ucap Jokan.

"Jokan lo liat dong mie ayam gue masih banyak, lagian rapat itukan butuh tenaga, nanti kalau gue pingsan di tengah rapat memangnya lo mau gotong gue ke UKS, enggak kan," ujar Nadya.

"Lo liat tuh." Jokan menunjuk ke arah piring bekas siomay dan batagor yang tadi di makan oleh Nadya. "Udah banyak makanan yang lo makan, memangnya lo gak kenyang apa?"

Kanzo yang duduk di samping Jokan tertawa geli. "Terus bro jangan kasih kendor."

Jokan menghela napasnya. Ia menyerah untuk membujuk Nadya. Jokan menggaruk garuk kepalanya karena kesal dengan Nadya. Sanny datang menghampiri Kanzo yang sedang menertawakan temannya.

"Zo tar pulang sekolah jangan kemana-mana ya," ucap Sanny.

"Kenapa memangnya? Kamu mau ngajakin saya nonton, makan atau pacaran," kata Kanzo.

Nadya melemparkan kerupuk ke arah Kanzo. "Mimpi aja lo. Mana mau Sanny pacaran sama berandalan kaya lo. Kalau Sanny mau pacaran sama lo berati Jokan juga seharusnya mau pacaran sama cewek montok kaya gue," kata Nadya.

"Lah kok jadi gue," ucap Jokan kaget.

Sanny hanya tersenyum ia tidak menanggapi celotehan sahabatnya itu. Ia lalu berbicara pada Kanzo. "Kita harus rapat buat tentuin tema dari tugasnya Bu Husni."

"Ya udah kalau gitu kita berdua sekalian jalan aja. Kita makan, nonton."

"Bukan kita berdua, tapi bertiga," ujar Sanny.

"Bertiga!"

"Iya bertiga, Gue, lo, Fauzan," ucap Sanny. Ia melihat Kanzo terdiam sambil menelan ludahnya. Kenapa mereka berdua menunjukan mimik wajah yang sama. Sanny juga melihat mimik wajah seperti itu pada Fauzan barusan. Aneh sekali ada apa sih dengan mereka berdua.

"Ok, nanti kita rapat ya," kata Kanzo pelan. Jokan yang duduk di sampingnya menepuk pundak Kanzo satu kali, yang dibalas dengan sebuah senyuman kecil oleh laki-laki itu.

Ini sudah tiga puluh menit sejak bel pulang sekolah berdering. Di dalam kelas hanya ada tiga orang yang terlihat hanya diam saja tanpa mengeluatkan satu patah katapun. Sanny melirik ke arah Kanzo, ia lihat laki-laki itu bersandar pada dinding dengan pandangan menatap ke arah pintu keluar. Lalu gadis itu menatap Fauzan yang juga hanya diam sambil sesekali menatap ke arah ponsel yang sedang di pegangnya. Sanny bertanya tanya dalam hati. Ada apa sih? Kenapa suasananya jadi aneh seperti itu. Dengan tenang akhirnya Sanny yang memulai percakapan.

"Jadi temanya apa nih. Ada ide," 

Fauzan menatap Sanny. "Garis besarnya kan, kehidupan di perkotaan jadi kayanya kita harus ambil tema tentang kegiatan masyarakat di tengah hutan beton," kata Fauzan.

Sanny meangguk angguk pelan. "Maksud lo kehidupan orang-orang di antara bangunan pencakar langit."

"Iya, kita tulis apa aja yang mereka lakuin ketika berada di antara para bangunan itu."

"Menarik!" ucap Sanny.

Seakan merasa tersaingi, Kanzo menyela pembicaraan di antara Sanny dan Fauzan. "Kamu gak mau dengerin ide dari saya."

"Lo kalau mau ngomong, ngomong aja, gak ada yang ngelarang lo juga kan," ucap Sanny sedikit ketus.

Kanzo menyunggingkan bibir atasnya. Ia lalu duduk dengan tegap. Kepalanya menengadah ke atas seperti sedang mencari ilham yang sedang bertebaran di udara. Mmmm.... sesekali terdengar suara bergumam dari mulutnya tapi, ia belum juga berbicara.

"Jadi apa idenya?" tanya Sanny, kesal menunggu Kanzo untuk mengutarakan pemikirannya.

"Sssttttt.... diem dulu ini saya lagi mikir," ujar Kanzo.

"Ha! Jadi lo mau kasih ide tapi, lo sendiri gak tau idenya apa."

"Bukannya gak tau tapi belum tau,"

"Bedanya dimana? Intinya sama sama gak ada ide kan. Kalau gitu sih udah jelas kita pake idenya Fauzan aja," ucap Sanny.

Kanzo berdecak lidah sambil menatap menatap sinis ke arah Fauzan. "Kenapa selalu dia sih! Menyebalkan," gumam Kanzo.

"Apa?" tanya Sanny.

"Emmm.. bukan apa-apa sekarang kan musim hujan jangan lupa bawa payung," kata Kanzo dengan nada yang ketus.

Sanny menjentikan jarinya. Ia baru menemukan sebuah ide yang cermelang. "Hujan, bener juga. Gimana kalau kita nulis artikel tentang aktifitas orang-orang ketika hujan datang. Contohnya mungkin pasti ada di antara mereka yang berteduh, main air, berkendara di bawah guyuran hujan dan pasti ada yang masih melakukan pekerjaannya meskipun hujan turun."

"Menurut gue itu bagus. Ok kita ambil idenya Sanny," ucap Fauzan.

"Sembarangan aja lo itu kan ide gue." Kanzo menyombongkan dirinya kehadapan Fauzan.

"Gak penting itu idenya siapa," ucap Sanny.

"Kalau gitu biar gue yang foto," kata Kanzo.

Fauzan mengangkat tangannya ke hadapan wajah Kanzo. "Gak perlu soal foto biar jadi urusan gue."

Lihat selengkapnya