Jam pelajaran olahraga murid kelas 12-C dan 12-D sudah berkumpul di lapangan olahraga. Ada yang terlihat malas-malasan, ada yang pasrah saja. Ada juga murid yang selalu antusias dalam mengikuti semua kegiatan di sekolah. Nadya salah satu murid yang paling malas kalau di suruh olahraga. Gadis itu merasa kesulitan ketika Pak Hendra guru olahraga berkepala plontos menyuruhnya untuk melakukan sit up.
"Capek Pak," kata Nadya.
"Ya ampun, baru lima udah nyerah. Gimana kamu mau langsing kalau baru segitu aja udah nyerah," ucap Pak Hendra.
"Saya mah gak penting kurus Pak, yang penting bahagia."
Beberapa orang tertawa mendengar jawaban dari Nadya. Sementara pak Hendara hanya bisa geleng-geleng kepala. Ketika menunggu giliran untuk pengambilan nilai Sanny, Tara dan Alvin duduk di pinggir lapangan.
"Eh San si Genta ngeliatin lo terus tuh," ucap Tara yang melihat Genta memperhatikannya di seberang lapangan. "Jangan-jangan di naksir sama lo."
"Idih males banget," ucap Sanny.
"Tapi kalau Kanzo yang naksir lo. Lo pasti bakalan bilang, 'idih mau banget'" ucap Alvin.
Sanny mencubit lembut Alvin sementara Tara hanya tertawa.
Di seberang lapangan Genta duduk dengan kedua temannya. Ia sejak tadi memperhatikan Sanny yang duduk di sisi lain lapangan. Sebenarnya jika Kanzo adalah salah satu pria tertampan di sekolah. Maka Sanny juga termasuk wanita tercantik di sekolah. Mungkin hal itu yang membuat Genta sejak tadi memperhatikannya. Sementara itu tidak jauh dari Genta duduk Astrid yang sejak tadi melihat Genta memperhatikan Sanny.
Astrid duduk dengan kedua temannya Shanti dan Laras. Mereka bertiga terkenal karena kegalakan dan sok berkuasanya. Para junior biasanya selalu mengambil jalan lain jika mereka melihat ketiga wanita itu ada di hadapannya.
Pak Hendra mengumpulkan tim basket putri kelas 12-C dengan 12-D. Kedua tim itu akan di adu dan di ambil nilainya. Tim kelas 12-C terdiri dari Tara selaku kapten dan Sanny, Bunga, Tiara juga Ines. Sementara di tim kelas 12-D ada Astrid sebagai kapten dan Shanty, Laras dan dua lainnya. Astrid memberikan arahan licik kepada teman-temannya. Ia tentunya sangat ingin mengincar Sanny yang terlihat lemah.
Pertandingan di mulai, bola basket sedang di kuasai oleh Tara. Gadis tomboy itu berhasil melewati beberapa orang dan akhirnya mencetak poin. Sanny mendribble bola, ia melewati beberapa orang namun Laras dan Shanti mengapitnya hingga Sanny terjatuh dan bola berhasil di rebut. Tara membantu Sanny untuk berdiri, dan tim 12-D berhasil mencetak poin.
Bunga merebut bola dari Astrid ia terus mendribble bola dan melemparnya hingga berhasil mencetak tiga poin. Kedua tim saling bergantian mencetak angka. Kini poin di papan skor adalah 30 untuk 12-C dan 27 untuk kelas 12-D. Sanny berhasil mendapatkan bola dari Shanty, gadis itu terus menggiring bola menuju ring lawan. Ketika akan melempar bola Astrid datang dari samping dan merebut bola sambil mendorong Sanny hingga jatuh tersungkur.
Kanzo yang berdiri di pinggir lapangan terkejut ia langsung menghampiri Sanny. Tara terbelalak melihat sahabatnya jatuh karena di dorong oleh Astrid. Emosi gadis tomboy itu memuncak. Tara berlari ke arah Astrid dan mendorongnya.
"Woi lo jangan curang dong mainnya," teriak Tara.
"He gembel! emang dasar temen lo aja yang cupu," balas Astrid.
Bunga datang meskipun namanya terdengar indah namun ia termasuk gadis yang berani. "He cewek alay gue liat sendiri ya lo sengaja dorong Sanny."
Laras datang ikut memanaskan suasana "Emang dasar orangnya aja yang lembek."
"Kalian tuh yang lembek. Dasar curang," ucap Tara.
"Temen lo tuh yang gak bisa maen dasar kampungan," teriak Astrid.
"Lo tuh!"
"Dasar ! Curang lo!"
Dan pada akhirnya mereka berkelahi. Tara dan Astrid saling pukul semenatar Bunga dan Shanti berguling guling di lantai. Perkelahian itu dianggap sangat seru oleh teman-teman mereka yang menonton. Tidak ada yang melerai semuanya malah asik bersorak dan saling memberikan semangat. Malah banyak yang memvideokan kejadian itu. Pak Hendra meniupkan peluit dan langsung memisahkan para gadis yang sedang tersulut api itu. Sementara teman-teman mereka yang semula menyaksikan langsung bubar kesegala arah.
Di ruang UKS Kanzo sedang meniup luka di sikut Sanny. Ia baru saja mengoleskan obat merah pada lukanya. Lalu Kanzo menutup luka itu dengan plester.