PACAR SEKELAS

Frasyahira
Chapter #11

Camp Pengakuan Dosa

Arini Safara keluar dari sebuah gedung pencakar langit. Wanita itu memakai kacamata hitam yang hampir menutupi separuh wajahnya. Ia keluar dari pintu kaca otomatis dan langsung di hadang oleh puluhan wartawan infotaiment.

"Mbak apa betul pria yang ada di dalam foto itu anak Mbak," ucap seorang wartawan.

"Saya akan jawab semua pertanyaan kalian nanti," jawab Arini.

"Tapi apa betul anak itu hasil di luar nikah," ucap seorang wartawan wanita.

"Jaga mulut anda ya! Tolong kalau bertanya itu yang sopan!" geram Arini.

"Lalu bagaimana dengan pernikahan anda. Apa penyebab anda berpisah dengan mantan suami anda," kata wartawan yang memakai kacamata.

"Kalian tuh denger gak sih, kan tadi saya bilang saya akan jawab nanti!" Arini lalu masuk kedalam mobilnya dan langsung pergi meninggalkan para wartawan itu. Didalam mobil Arini memijat mijat keningnya yang terasa sakit. Ia bersandar pada kursi mobil sambil menghela napasnya. Arini melihat foto-foto masa kecil Kanzo pada smartphone miliknya. Hatinya sesak tidak terasa ia meneteskan air matanya. Arini berpaling ke arah jendela. wanita itu melihat pemandangan di luar. Di perhentian lampu merah, ia lihat seorang anak sedang di gendong oleh ibunya. Ia tersenyum sedikit, wanita itu mengenang masa lalunya ketika ia juga sering menggendong Kanzo ketika kecil.

Arini melihat ke arah ponselnya. Ia coba untuk menghubungi Kanzo namun tidak ada tanggapan sama sekali. Sudah lebih dari seratus kali ia coba untuk menghubungi anaknya itu namun tidak pernah ada tanggapan. Arini menghela napasnya dan memejamkan matanya. Ia sangat butuh ketenangan. Beberapa hari terakhir ini hidupnya terasa berat. Ia harus menjawab semua pertanyaan wartawan yang membuatnya kesal. Belum lagi karena kasus ini ia kehilangan lima kontrak kerja yang di putus secara sepihak oleh perusahaan pengiklan.

Arini membuka kedua matanya secara tiba-tiba. Wanita itu teringat akan suatu tempat yang dulu ia sering kunjungi bersama Kanzo ketika anak itu masih kecil. Arini tersenyum ia seperti menemukan sebuah petunjuk yang sangat berharga baginya.

"Pak kita ke Bogor sekarang," ucap Arini pada sopirnya.

===

Matahari jam dua siang tidak terlalu terik. Terlebih lagi pancaran sinar matahari terhalang oleh rimbunnya pepohonan pinus yang tumbuh tinggi menjulang ke atas. Udara lembab dan agak sedikit basah sangat terasa. Ada beberapa burung saling berkicauan di antara antara pepohonan pinus. Tanah yang Kanzo injak saat ini terasa empuk karena tertimbun oleh serabut-serabut dari tangkai daun. Laki-laki itu berjalan seorang diri ia hanya memakai kaus oblong dan celana pendek. Tidak jauh dari tempatnya ia berdiri ada sekitar lima belas tenda berdiri di sana. Di bagian depan tenda-tenda itu terdapat sebuah papan yang bertuliskan 'Camp Pengakuan Dosa'. 

Saat ini Kanzo berada tepat di sebuah kegiatan yang bertujuan untuk membuat para pesertanya mengakui semua dosa-dosa mereka dan melepaskan semua amarah yang sedang di rasakannya. Kanzo berjalan menyusuri jalan setapak. Tidak jauh dari Camp itu terdapat sebuah air terjun yang bernama curug nangka.

Suara terjangan air terdengar kencang di telinga Kanzo. Hembusan angin membawa partikel-partikel air ke wajah Kanzo. Ia sudah berdiri di pinggir kolam air yang terbentuk alami di bawah air terjun. Ada tiga orang selain dirinya di sana. Kanzo membuka bajunya dan terlihat tubuhnya yang tegap dengan perut kotak-kotak. Laki-laki itu lalu berenang ketengah dan membiarkan tubuhnya di hujani oleh air terjun yang turun kebawah. 

Kanzo menutup matanya ia mengingat kejadian ketika upacara. Ia ingat betul tatapan orang-orang saat itu. Laki-laki muda itu menghela napasnya, lalu berteriak kencang. Suara air terjun yang juga kencang menyamarkan teriakan Kanzo. Ia lalu teringat akan Sanny. Bagaimana sekarang gadis itu. Ia pasti cemas. Tapi sepertinya Kanzo malah senang jika Sanny mencemaskannya. Laki-laki itu tersenyum lalu menutup kedua matanya.

"Kanzo.."

"Kanzo.."

Sayup sayup telinga Kanzo mendengar sesuatu. Ia merasa seperti ada yang memanggil namanya.

"Kanzo.."

Perlahan Kanzo membuka kedua matanya. Ia melihat ada seseorang yang berdiri di pinggir kolam. Air terjun menghalangi pandangannya. Ia mengerjapkan matanya berkali kali untuk memastikan siapa yang sedang berdiri di pinggir kolam.

"Sanny?" gumam Kanzo. Ia lalu bediri dan berjalan selangkah. Ia menyekat air di wajahnya dan ternyata itu bukanlah Sanny. Yang berdiri di pinggir kolam adalah Arini.

"Mamah?" Kanzo berjalan ke sisi kolam renang, menghampiri ibunya yang berdiri di sana. "Mamah kok bisa tau aku di sini."

"Loh memangnya kamu lupa ya, kan Mamah sering bawa kamu kesini waktu kamu masih kecil. Dan kamu tau juga kan kalau Mamah paling suka kesini kalau Mamah lagi sedih dan marah," ucap Arini.

Lihat selengkapnya