Pacar Sewaan

Daca Dacita
Chapter #2

2. Saat Semuanya Berubah

Enam tahun setelah lulus kuliah, aku sebenarnya sudah lupa pada kisah kelas Memulai Bisnis bersama tiga cowok itu. Sebab setelah kejadian tersebut, banyak sekali peristiwa yang mempengaruhi hidupku. 


Mulai aku menyabet gelar Sarjana Ekonomi tepat waktu, bekerja sebagai pegawai trainee di sebuah bank swasta setelah setahun selalu gagal di tes wawancara, hingga kemudian jatuh bangkrut.


Yang bangkrut sebenarnya adalah Papa. Dia seorang supplier bahan bangunan yang menguasai pasar regional. Salah satu pelanggannya, seorang pejabat di kementerian yang memegang proyek pembangunan sebuah gedung di perguruan tinggi negeri, kena operasi tangkap tangan KPK. 


Aliran dana korupsinya dilacak hingga ke rekening Papa. Papa pun ikut-ikutan duduk di kursi pesakitan, dipenjara, dan membayar ganti rugi yang membuat semua aset terpaksa dijual, termasuk MINI Cooper kesayanganku. Belum lagi ongkos membayar pengacara sangat besar, sehingga tabungan milikku yang tak seberapa dan saudaraku yang lain, turut ludes. 


Keluargaku jatuh miskin dengan menyisakan tanggungan utang lima miliar rupiah. 

Apesnya lagi, kontrakku di bank swasta tidak diperpanjang setelah tahun kedua terlewati.

Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang atau TPPU yang dijeratkan kepada Papa benar-benar membuat miskin.

Aku bersedia bekerja apa saja untuk membayar utang gara-gara kasus Papa. Tapi sayang, bukan hal mudah mendapatkan pekerjaan dengan gaji Rp 5 juta seperti keinginanku -- orang mepet tidak berani pasang angka tinggi-tinggi bukan? Sehingga kemudian aku memutuskan membantu kakakku bekerja di toko cat miliknya di Jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan. Dia memberiku yang jajan setara UMR.


***

Aku sedang mengangkat kaleng-kaleng cat dari truk pikap ketika kakak iparku, Romela, memanggilku dan bilang bahwa ponselku berbunyi. 

Sejak kasus Papa ikut menyemarakkan berita di media massa, aku sangat jarang menerima telepon. Siapa kawan sejatiku – yang akan menemaniku meski dalam keadaan buruk -- jelas terlihat akibat kasus itu. Sayangnya, teman sejati itu tidak ada, karena semua temanku menjauh. 

Tapi itu tidak masalah sepanjang Erik Budiman, pacarku sejak semester 6, selalu datang mengapeliku di akhir pekan. Erik benar-benar pacar yang budiman.

"Halo?" sapaku skeptis pada si penelepon. Aku berharap ini bukan petugas telemarketing yang menawarkan asuransi atau jasa tutup kartu kredit.

"Anindita Maharani?" suara lelaki yang berat berwibawa tampak terdengar. Oh Tuhan, semoga bukan pengacara ayahku yang bayarannya belum terbayar lunas.

Aku mengiyakan.

"Ini Gorga Aryans. Gue dengar kamu butuh pekerjaan dengan gaji lumayan. Gue punya tawaran untuk kamu. Lu pasti cocok."

Dan jikalau aku tidak terdesak harus membayar utang ayahku pada negara dan pengacara itu, juga untuk membangkitkan kepercayaan diriku setelah berulang kali ditolak selusin perusahaan, maka aku tidak akan menerima tawaran Gorga, si sombong yang pernah kupencundangi dengan nilai F itu.


***

Biaya jasa 2 jam Rp 2 juta

Pengeluaran:

Rp 100 ribu untuk kue crepes

Rp 250 ribu untuk kalung manik-manik di booth mall

Rp 200 ribu untuk karaoke

Rp 500 ribu untuk makan malam

Lihat selengkapnya