Aku berdiri setelah yakin Margot dan Bruce telah pergi. "Jadi kita pulang sekarang?" ujarku.
Dengan masygul Olivia mengangguk. Kami kemudian membayar dan meninggalkan restoran.
Olivia berusaha menggelendot ke lenganku lagi, tapi aku sedang tidak berminat. Kejadian tadi, meski aku berusaha melupakannya, tapi tetap menggangguku.
"Jadwal kencan kita sudah selesai, kita tidak perlu akting lagi bukan? Berhematlah," kataku setengah ketus.
Olivia menghela nafas.
"Oke, oke, aku minta maaf. Aku terlalu larut dalam suasana," ujarnya merasa bersalah. Dia tahu juga apa yang membuatku ilfil.
"Kamu melakukannya dengan sengaja," tudingku tanpa khawatir melukai perasaannya.
"Y...ya kamu benar. Semula tidak sengaja. Tapi setelah beberapa lama menciummu...dengarlah Dito, rasanya adalah... seperti it's finally..."
Aku mengernyitkan dahi, seolah bertanya,"Maksud kamu?"
"It's finally bahwa...aku sepertinya telah menemukan cowok yang tepat."
Erik biasa merayuku. Tapi aku tidak berminat dirayu oleh orang lain, apalagi oleh Olivia.
Aku menstarter mobil, mengendarainya dengan kencang. Aku ingin segera mendrop Olivia ke rumahnya dan berakhirlah pekerjaan konyol ini.
Tapi Olivia masih saja mengeluarkan kata-kata manis.