Esok paginya aku melaporkan akhir pekerjaanku kepada Gorga and the gank. Mereka mengaku prihatin tapi juga tak kuat menahan tawa.
"Kasihan mereka berdua...mereka adalah jiwa-jiwa yang gersang," komentar Tizar sok puitis.
"Atau kita persatukan saja mereka? Bukankah Ares naksir Oliv sejak dulu? Kalau misi ini berhasil, pasti pahala kita sangat besar," usul Robbi sok agamis.
"Ide yang bagus, asal jangan melibatkan aku. Tugasku sudah selesai , kalau enggak bisa runyam. Jangan lupa bagianku 80 persen," ujarku sambil menyodorkan selembar kertas ke Gorga.
Tizar dan Robbi menganga melihat tulisan di atas kertas itu yang penuh angka berderet-deret.
"Ini terlalu besar!" komentar mereka.
"Bayar atau aku bikin confession ke Ares."
Ancamanku jelas tidak serius. Tapi membuat Gorga membubuhkan selembar cek untukku.
Aku bersorak girang. Dengan sebagian cek ini aku bisa nraktir Erik ke Sushi Tei setelah dia pulang dari Medan nanti sore.
Erik...aku benar-benar merindukanmu! Utamanya, aku ingin menghilangkan bekas ciuman Oliv dengan bibir Erik. Ops, betapa mesumnya aku.
Kata mesum membuatku teringat Oliv yang kemarin diejek Margot dengan kata itu.
"Jadi siapa yang akan escort Oliv nanti? Atau kontraknya kita akhiri saja?" tanyaku sambil menopang dagu.