Tapi makan sambil membawa buku menu untuk menutupi 75 persen wajah benar-benar tidak enak. Juga justru menarik perhatian. Buktinya Ivan sesekali menatap ke arahku di sela kesibukannya mengobrol bersama gengnya.
Tapi belakangan aku sadar, bukan aku sasaran tembaknya, melainkan Erik.
Erik yang tahu dia jadi korban curi pandang sesama cowok akhirnya memutar kursinya, memunggungi Ivan dkk. Duh, mengapa aku tidak kepikiran sejak tadi ya?
####
Menu-menu telah masuk ke perutku dengan tergesa-gesa.
"Kamu makan lahap banget, doyan banget, ya?" komentar Erik yang makan bak bangsawan dinasti Joseon.
"E-nak," sahutku ala kadarnya dengan mulut penuh. Padahal aku hanya ingin segera cabut dari geng sebelah.
Tapi, hei, mengapa pula aku pengin buru-buru cabut? Bukankah mereka tidak peduli padaku?
Sedari tadi bahkan mereka tidak menengok ke arahku, kecuali Ivan, itu pun dia menyasar Erik, bukan aku.
Aku yakin 100 persen mereka pangling kepadaku. Tanpa cambang, baju dobel-dobel dan sepatu boot bersol tebal, aku hanyalah cewek seperti pada umumnya. Cewek manja yang suka bergelayut ke lengan Erik. Tak ada jejak Dito yang cool sama sekali.
Keyakinan itu membuat isengku muncul. Aku tersenyum jahat saat Oliv bangkit dari kursinya. Aku tebak dia akan ke toilet. Maka aku pun pamit pada Erik dan berjalan di belakang Oliv.
Benar, dia tidak peduli padaku ketika kita sama-sama antre di depan bilik toilet. Bahkan saat kami mencuci tangan di jejeran wastafel di depan kaca panjang, dia tetap tak peduli. Bahkan saat kami sama-sama mengaca di kaca yang sama, ia hanya melirik sekilas ke arahku kemudian berlalu. Terbukti, aku adalah sosok baru di depannya.
Acara makan-makan pun kelar. Aku pergi dari Sushi Tei dengan damai. Melewati meja gerombolan itu dengan langkah pasti. Sekarang waktunya nonton di lantai 8.
####
Waktu nonton masih 30-an menit. Aku duduk di sofa merah empuk di lobi Blitz sambil memangku seember popcorn sambil sedikit ber-lovey dovey dengan Erik. Makhluk satu ini memang menggemaskan!
Apalagi besok dia akan keluar kota lagi urusan kerjaan, jadi mumpung gitulah. Sebenarnya berat banget sering ditinggal Erik secara dia the only one gitu loh, tapi buat tabungan ongkos kawin yang sering dia sebut-sebut, ya sok atuh kerja keraslah, Baaang...
Dan seperti biasa, kami membunuh waktu dengan rayu-rayuan nggak penting. Sekarang kami sedang main "cintaku tuh kayak..." semuanya hasil blast WA group.