"Hati itu seperti kayu yang terlihat kokoh namun seiring berjalannya waktu dapat rapuh juga."
~Itstrisap~
“ Halo, Angga aku mau kita putus.” Kataku dengan sangat marah. Gimana nggak marah?sudah 1 tahun kita pacaran. Dan tidak sengaja aku melihat angga bersama perempuan lain. Perempuan mana yang nggak sakit lihat laki-laki yang dicintainya pergi bersama perempuan lain.
“ Emang aku salah apa?” jawab Angga seolah dia tak pernah berbuat salah.
"Udah deh kamu nggak usah pura-pura aku udah tahu semuanya.” Kataku.
“Tadi aku lihat kamu jalan sama perempuan. Pokoknya aku mau sekarang kita putus.” Kataku yang semakin marah.
“ Dia itu cuma temen.” Elaknya.
“ Kamu pikir aku bego aku tahu mana yang temen mana yang bukan.”
“ Tapi beneran dia itu temenku.” jawab Angga yang terus saja mengelak. Aku tetap tidak percaya dengan apa yang dikatakannya. Aku hanya percaya dengan apa yang aku lihat. Dan yang aku lihat itu sudah cukup buat aku percaya kalo Angga selingkuh.
“Terserah sama kamu, aku udah nggak peduli pokoknya mulai sekarang kita nggak ada hubungan lagi.” mematikan sambungan telepon.
Aku terus menangis. Kutelungkupkan kepalaku dibawah bantal. Aku tidak mau ada orang yang tahu kalo saat ini aku sedang menangis. Hatiki terasa sangat sakit sekali. Aku sama sekali tidak menyangka kalo Angga tega melakukan semua.
Aku masih meratapi nasib hubunganku yang hancur. Semua yang tadinya baik-baik saja hancur seketika.
Kuraih ponsel yang ada disebelahku. Aku berusaha mencari kontak seseorang. Tapi sudah beberapa kali aku meneleponnya orang tersebut tidak mengangkatnya.
Kuetakkan kembali ponselku. Kuambil bantal dan menutupi wajahku dengan bantal.
Drrrt... Drrrt... Drrrt
Tiba-tiba terdengar bunyi ponsel. Aku lempar bantal yang menutupi wajahku dan mengambil ponselku.
“Halo!” Kataku.
“Halo! Maaf aku nggak angkat teleponnya soalnya kafe lagi ramai banget,” jawab Anjeli.
"Anjeli, hiks hiks hiks." Air mataku kembali mengalir.
“Kok kamu malah nangis sih? Kamu kenapa apa terjadi sesuatu?" Tanya Anjeli yang mulai khawatir mendengar sahabatnya yang tiba-tiba menangis.
"Hiks... Hiks.... Hiks..."
"Jawab dong Ya! Kamu kenapa nangis? Gimana aku bisa tahu kalo kamu nggak cerita?" Kata Anjeli.
“Aku udah putus sama Angga." Jawabku disela-sela tangisku.
“Kok bisa sih gimana ceritanya? Kemarin kalian baik-baik aja," tanya Anjeli heran.
“Nanti aja ceritanya.” jawabku.
“Ya udah aku nanti pulang kerja langsung ke rumahmu biar kamu bisa cerita.” kata Anjeli.
“Oke.”
Aku bangun dari tempat tidur. Aku berjalan menuju meja rias. Kutatap wajahku didepan cermin. Mataku sudah sembab karena terus menangis.
Aku terus menatap lekat bayanganku didepan cermin.
Kenapa Angga tega melakukan ini padaku? Sebenarnya apa salahku?, Batinku.
Air mataku kembali mengalir. Aku duduk didepan meja rias. Kututupi wajahku dengan tangan. Aku terus menangis. Aku masih sulit menerima kalo Angga melakukan hal itu padaku.
Drrrt... Drrrt... Drrrt...
Tiba-tiba ponselku kembali berbunyi. Aku segera menghapus air mataku. Aku berjalan menuju kasur untuk mengambil ponselku.
Tertera nama Angga dilayar ponselku. Aku segera membuka pesan dari Angga.
Angga.
Yaya, kamu masih marah sama aku?
Aku minta maaf kalo aku ada salah.
Tapi beneran yang kemarin itu Cuma temen aku. Dia minta tolong suruh nemenin beli buku.
Pliss! Kamu jangan marah ya
Aku sayang banget sama kamu.
"Sayang?" Kataku sambil tersenyum kecut.
"Kalo kamu memang sayang sama aku kamu nggak mungkin selingkuh," kataku tanpa aku sadari bicara dengan ponselku.
Drrrt... Drrrt.... Drrrt...
Ponselku kembali berbunyi.
Angga
Tapi aku masih sayang sama kamu.
Sent.
Omong kosong! kalo kamu emang sayang sama aku kenapa kamu selingkuh dibelakangku?
Apa sih salahku sama kamu?
Kenapa kamu tega banget sama aku?
Angga.