"Berilah sedikit ruang agar dia bisa mengenalmu."
~Itstrisap~
Sudah 6 bulan tak terasa sejak aku putus dengannya. Sejak 6 bulan ini kegiatanku berubah drastis. Yang tadinya setiap hari Jumat,Sabtu,Minggu aku selalu sibuk dengan ponselku di dalam kamar atau pergi keluar dengannya.
Yah, Sejak kami pacaran kami hanya bisa bertemu dihari itu saja. Karena dia harus kuliah dia juga harus tinggal di asrama jadi kami jarang sekali bertemu.
Tapi semua itu sudah tidak berlaku lagi. Semua sudah berubah aku yang kini bukan aku yang dulu yang dengan mudahnya percaya dengan omongan laki-laki brengsek kayak dia. Aku tak akan mengulangi kesalahan itu lagi.
"Ini kopimu." meletakan secangkir kopi dan duduk didepanku.
Aku sekarang sedang berada ditempat kerja Anjeli. Aku bosan jika harus dirumah terus.
"Makasih Njel," Kataku menyeruput kopi itu.
"Oh iya Ya, gimana kabarnya mantan kamu itu udah punya pacar lagi?" tanya Anjeli.
Kuletakan cangkir itu diatas meja "Mana aku tau aku udah nggak peduli lagi sama dia mau masih jomblo atau udah punya pacar aku nggak peduli bukan urusanku lagi."
"Santai dong jawabnya jangan ngegas." Kata Anjeli
"Lagian sih kamu ngapain juga nanya soal dia bikin badmood aja." Jawabku.
"Kan aku cuma mau tau aja siapa tau kamu mau gitu balikan lagi sama dia." Kata Anjeli sambil tertawa.
"Aku balikan lagi sama dia?" kataku. Dia hanya menangguk sambil tersenyum.
"Amit-amit deh aku mau balikan sama dia jangan sampai bisa-bisa aku mati kalo sampai balikan sama dia." Jawabku.
"hahaha lebay kamu Ya." jawab Anjeli tertawa.
"Beneran aku nggak bohong." Kataku. Dia hanya terus tertawa.
Sedang asik mengobrol ponselku berbunyi.
"Halo, ada apa?" Kataku.
Terdengar suara mama dari seberang telepon "Ya, nanti kalo kamu pulang tolong sekalian kamu beliin mama martabak ya nanti uangnya mama ganti rumah!"
"Iya nanti aku beliin." Kataku.
"Makasih ya sayang kalo pulang jangan malam-malam!" kata Mama.
"Iya." Jawabku.
"Terus hati-hati juga bawa motornya!" kata Mama lagi.
"Iya mah. " jawabku kesal.
" Yaudah assalamualaikum." Kata Mama.
"Walaikumsalam." Kataku mematikan sambungan teleponnya.
"Siapa Ya?" tanya Anjeli.
"Mamaku." Jawabku singkat.
"Mamamu kenapa?" tanya Anjeli.
"Itu minta dibeliin martabak." Kataku.
"Oh kirain kenapa, Ya! aku tinggal dulu ya ada yang mau bayar tuh." Kata Anjeli berdiri.
"Yaudah aku sekalian pulang deh." Kataku mulai membereskan barangku.
"Kamu jangan pergi dulu!" Kata Anjeli mencegahku pergi.
"Memangnya kenapa?" Tanyaku bingung.
"Pokoknya kamu tetap disini jangan kemana-mana! aku layani pembeli dulu," kata Anjeli langsung pergi.
Aku kembali duduk dikursiku. Setelah beberapa menit dia kembali menghampiriku.
"Sebenarnya kenapa sih aku nggak boleh pergi?" Tanyaku.
"Aku mau kenalin kamu sama seseorang," kata Anjeli.
"Siapa lagi aku udah bilang berulang kali sama kamu. aku nggak suka kalo kamu jodoh-jodohin aku lagi," kataku.
Sudah 2 bulan ini Anjeli selalu berusaha untuk menjodohkan aku dengan teman-temannya. Padahal aku sudah mengatakan padanya kalo aku sudah tidak mau lagi menjalin hubungan dengan laki-laki. Karena aku masih takut memulai sebuah hubungan lagi.
Walaupun aku sudah mengatakannya berulang kali tapi Anjeli tetap tidak mendengarkan ku. Dia terus saja mencarikan jodoh untukku.
"Udah ah aku mau pulang," kataku berdiri.
"Jangan pergi dulu! Tunggu sebentar lagi dia lagi perjalanan," kata Anjeli.
Akhirnya aku duduk kembali. Aku lirik jam dipergelangan tanganku. Sudah menunjukan pukul 10 malam.
"Lama banget sih ini udah malem," kataku.
"Tunggu! sebentar lagi juga dateng," kata Anjeli.
Anjeli mengedarkan pandangannya keseluruh kafe. Saat ini kafe masih saja ramai. Tiba-tiba dia meneriaki nama seseorang sambil melambaikan tangan.
"Deven, sini!" Teriaknya.
Aku menoleh untuk melihat siapa yang dia panggil. Seorang laki-laki berjalan mendekati meja kami. Tak sampai 5 menit laki-laki itu sudah ada didepan kami.
"Sorry, aku lama." Kata laki-laki bernama Deven tersebut.
"Nggak papa kok santai aja kali," kata Anjeli.
"Oh iya kenalin ini temen aku namanya Yaya," kata Anjeli memperkenalkanku.
Aku tersenyum padanya. Dia mengulurkan tangannya dan aku menyambut uluran tangannya.
"Deven," kata Deven.
"Yaya," kataku.
"Yaudah Njel aku pulang duluan ya udah malem nih," kataku.
"Kok pulang sih kan Deven baru dateng?" Kata Anjeli.
"Maaf lain kali aja kita ngobrolnya aku duluan," kataku langsung pergi.
"Yaya tunggu!" Teriak Anjeli.
Aku terus berjalan keluar kafe tanpa menengok kearahnya. Setelah aku berhasil keluar dari kafe aku segera mengambil motorku dan pergi meninggalkan kafe.
***
Aku sedang menunggu martabak pesananku. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Tertera nama Anjeli diponselku. Namun aku tidak mengangkatnya karena pasti dia ingin marah padaku.
Kuabaikan telepon darinya. Tiba-tiba ponselku berbunyi lagi. Sebuah pesan aku langsung membacanya.
Anjeli.
Ya, kamu gimana sih kok malah pulang duluan? Padahalkan Deven udah jauh-jauh dateng kamunya malah pulang.
Sent.
Kan aku nggak nyuruh dia dateng.
Anjeli.
Kok kamu jawabnya gitu sih?
Sent.
Aku udah bilang berulang kali sama kamu stop jodoh-jodohin aku lagi.
Aku udah capek Njel, tolong kamu ngertiin aku. Aku masih belum siap buat mulai suatu hubungan lagi.
Anjeli.
Kenapa kamu nggak mau? Apa karena kejadian Angga waktu itu?
Aku hanya membacanya.
Anjeli.
Kenapa kamu nggak jawab?
Aku kasih tahu kamu nggak semua laki-laki di dunia ini sama kayak Angga.
Aku cuma mau kamu bahagia itu saja.
Sent.
Udah cukup aku nggak mau bahas itu lagi.
Tiba-tiba penjual martabak itu mengejutkanku.
"Maaf mbak ini sudah selesai," kata penjual itu.
"Oh iya mas berapa semuanya?" Tanyaku.
"Lima puluh ribu mbak," kata penjual itu.
Aku memberikan uangnya dan segera pergi dari tempat itu.
***
Aku masuk kedalam rumah dan mama masih duduk menonton TV.
"Ini mah martabaknya," kataku meletakan martabak itu dimeja.