"Kita buat versi warna baru lagi aja kali ya," kata gue, Berdiri di samping Bagas, melihat kepada t-shirt baru yang akan dijualnya.
"Boleh, nanti desainnya di update lagi," kata Bagas, sebelum bertanya. "Tulisan yang di belakang nggak di kasih tagar juga?"
Gue berpikir sejenak sebelum menggeleng. "Nggak perlu, didepan aja udah cukup." Bagas mengangguk, melihat lebih baik kepada produk baru yang mereka hasilkan.
Itu adalah kaos t-shirt dengan bagian depan bertuliskan: #brokenhome, disertai quote di belakang bajunya bertuliskan: Rumahku, Kapal Pecahku. Tentu ada beberapa versi lain seperti: #gen-Z atau #myangstlife dan sebagainya dengan quote yang berbeda pula seperti: No Healing No Life, No Angst No Life dan sejenisnya. Tak lupa kami juga membuat beberapa variasi warna berbeda.
Gue mengangguk puas dengan hasilnya dan berjalan turun kebawah, meski agak sulit, bagaimanapun, ada banyak paket di letakkan di lantai tiga ini. Mengapa? itu karena lantai dua, untuk sementara telah dikosongkan, tempat itu sedang dirombak oleh Lintang untuk menjadi studio sementara.
***
Amela turun dari mobil Gocar yang di pesannya, membawa sekotak besar makanan dan menatap bangunan tiga lantai yang familiar. Dia baru saja menyelesaikan kuliahnya hari itu, dan datang kemari untuk memenuhi keinginan pacarnya yang ingin menjadikannya model promosi untuk produk barunya.
Meski ini bukan pertama kalinya dia mampir kesini, pikirannya agak terganggu dengan pemikiran tertentu. Menghela napas, Amela berjalan mendekat.
"Permisi," sapa Amela saat dia berjalan masuk kedalam, melihat pemandangan isi Outlet yang familiar. Sejenak, dia menatap sudut area tertentu, itu adalah backround dari foto mencurigakan yang beberapa hari lalu diterimanya.
"Selamat data-eh, Mbak Amela?" Yuni yang awalnya bersiap menyapa pengunjung, terkejut saat melihat wajah yang familiar.
"Halo Yuni," sapa Amela ramah, yang di jawab senang oleh Yuni. Amela cukup sering mampir kesini, dan semua tahu bahwa wanita cantik ini adalah pacar bos mereka Devin. Kedatangannya selalu disambut baik, bagaimanapun, tidak seperti bos mereka yang pelit, pacarnya ini akan selalu membawakan mereka makanan setiap kali mampir.
"Bawa apalagi nih Mbak?" tanya Yuni tersenyum saat dia melihat kotak besar di tangan Amela.
"Biasa, ini bagiin buat yang lain ya," kata Amela, menyerahkan kotak itu. Yuni dengan senang menerimanya, dia membukanya dan menemukan Pizza lezat berukuran besar. Mengabaikan Yuni yang menatap penuh keinginan pada makanan yang dibawanya, Amela berjalan masuk, dia ingin langsung naik ke lantai atas, hanya untuk berhenti saat melihat mahluk berkaki empat, berbulu putih dan hitam, itu adalah Maboy.
Seolah merasakan tatapan tajam yang di arahkan padanya, Maboy berdiri, menatap sekitar dengan waspada, hanya untuk menemukan seekor betina dari ras manusia menatap padanya. Maboy menatap pada manusia yang familiar itu, dia dengan jelas mengenalnya, dia adalah betina manusia yang suka meremasnya dengan kejam, sederhananya, dia adalah musuhnya!
Maboy mengambil ancang-ancang, dia bersiap untuk berlari, tapi sayangnya, jalan untuk keluar adalah dengan melewati manusia betina yang kejam ini, karenanya, dia memberi kekuatan ekstra pada kakinya, bersiap melesat cepat untuk melewati mahluk berbahaya ini.
Sementara itu, Amela yang melihat gelagat Maboy yang akan melarikan diri, mengambil sesuatu dari tasnya. Ketika kucing itu melesat melewatinya, Amela segera merobek kemasannya.
Maboy yang baru saja berhasil melewati Amela, membeku di tengah jalan saat dia mencium aroma yang sangat lezat. Berbalik, dia menemukan betina manusia menatap padanya dengan seringai di bibirnya. Maboy mengalihkan pandangan pada sumber aroma lezat, itu adalah makanan kucing extra premium yang tak pernah babunya(Devin), belikan untuknya.
"Meong!"
"Kesini dulu, baru aku kasih," kata Amela, melambaikan makanan kucing yang dipegangnya.
"Meong! meong..."
"Nggak boleh, kamunya harus aku remas dulu."
"MEONG!!"
"Kalo nggak mau ya udah."
"Meong! meong!"
"Tiga jam."
"Meong..."
"Dua jam."
"Meong..."
"Satu jam setengah atau nggak sama sekali."
"Meong..." Dengan lesu, Maboy berjalan mendekat. Amela dengan senang memeluknya, sambil memberi makan kucing malang itu.
Tanpa diketahui siapapun, ada orang lain yang melihat kejadian aneh barusan, orang itu adalah gue! Melihat kejadian itu, gue tak bisa tidak berpikir. 'Tadi apaan yang gue lihat? percakapan antar spesies? konflik dan kesepakatan antar spesies?' Gue menggeleng dan berjalan mendekat. "Mel, udah dateng?"
Amela berbalik dan menjawab dengan canda "Belum, aku masih dijalan."
"..."
'Apa maksudnya itu, terus siapa yang ada disini? Jin Qorin?' gerutu gue dalam hati. Tentu gue tahu Amela hanya mengolok-olok atas basa-basi barusan. "Aku udah bilang kan, nanti kabarin aja kalo udah selesai dari kampus, biar aku jemput."
Amela menggeleng. "Nggak apa-apa, lagian nggak jauh juga dari kampus." Mengatakan itu, Amela menatap Devin. Sudah tiga hari berlalu sejak dia mendapatkan kiriman foto skandal pacarnya, tapi Amela masih belum membicarakannya dengan Devin. Dia merasa bahwa itu terlalu aneh dan mencurigakan. Yang mengirimnya adalah akun tidak dikenal, meski terlihat nyata, bisa saja itu hasil editan. Intinya, terlalu banyak hal yang mencurigakan.
"Mel? halo?" kata gue, melambai padanya saat melihat wanita ini tampak melamun menatap padanya. "Apa aku seganteng itu Mel?"