“Maafkan hamba yang tidak bisa menjaga Princess Celene, Yang Mulia,” Anya menundukkan kepalanya dan membungkuk dalam-dalam saat Ratu Melba menghampiri mereka.
Selain beberapa pengawal yang menyertai Ratu Melba, tampak juga Mr. Hugo dan seseorang yang tidak dikenal oleh Celene.
“Hai, Ma. Kenapa Mama mencariku?” sapa Celene gugup. Sebenarnya, dia harus menyapa mamanya dengan sebutan Ratu Melba atau Yang Mulia. Dia juga harus menyebut dirinya hamba di hadapan tamu. Namun, karena sangat ketakutan dan merasa bersalah, Celene lupa dengan aturan tersebut.
Wajah Ratu Melba yang biasanya lembut sekarang berubah galak. “Celene!” hardiknya galak. “Apa saja yang kamu lakukan hari ini?!”
“Aku ... eh ... ham ... hamba belajar seperti biasanya, Ma ... eh ..., Yang Mulia.”
“Begini yang kamu maksud dengan belajar! Berkuda dan tidur di bawah pohon?”
Wajah Celene memerah. “Mmm ... itu ... itu, sih, hamba hanya ...,” dia tampak kebingungan mencari jawaban.
“Hari ini aku mendapat laporan bahwa kamu selalu melalaikan pelajaranmu!” potong Ratu Melba tak sabar. “Kamu tidak mengerjakan PR, bolos sekolah, pura-pura sakit, bahkan berbohong! Dan, itu semua kamu lakukan hanya supaya bisa berkuda. Rupanya belajar di istana membuatmu jadi manja dan bersikap seenaknya. Jadi, lebih baik Mama serahkan kamu ke tangan Mrs. Nalani,” Ratu Melba menoleh kepada seseorang yang sejak tadi berdiri di belakangnya.
“Diserahkan?” Celene kebingungan.
“Ya, aku pikir sudah waktunya kamu masuk sekolah asrama. Mrs. Nalani adalah Kepala Sekolah Foresthill. Mulai hari ini kamu akan bersekolah di sana!”
“Foresthill?” mulut Celene ternganga lebar. “Aku belum pernah dengar nama itu. Kenapa aku enggak dikirim ke sekolah yang sama dengan sepupuku?”
“Untuk masuk ke sana kamu harus menunggu tahun depan. Padahal, aku tidak bisa menunggu selama itu! Jadi, aku ingin kamu sekolah di Foresthill. Nah, Mrs. Nalani, saya serahkan Princess Celene kepadamu.”
Mrs. Nalani membungkuk. “Terima kasih atas kepercayaan Yang Mulia.”
“Seperti kata saya tadi di istana, perlakukan dia seperti murid yang lain. Jangan pernah mengistimewakan dia. Sebab saya ingin Celene menjadi anak yang bertanggung jawab.”
“Baik, Yang Mulia.”
“Anya, kamu sudah menyiapkan apa yang kusuruh tadi?” Ratu Melba menatap dayang Celene.
“Sudah, Yang Mulia. Semua yang diminta sudah hamba serahkan pada pengawal yang akan mengantar Princess Celene ke Foresthill.”
“Baiklah, Celene! Sekarang kamu ikut dengan Mrs. Nalani!” perintah Ratu Melba. “Ingat, selama tinggal di sana, kamu harus patuh pada peraturan sekolah!”