Pacu Kudamu Princess Celene

Bentang Pustaka
Chapter #3

Teman-Teman Baru

Celene bergegas kembali ke kamarnya. Dia berusaha mengingat-ingat arah menuju kamarnya. Saat diantar Dora tadi, dia tidak terlalu memperhatikan sekelilingnya. Akhirnya, dia melihat sebuah pintu yang mirip dengan pintu kamar tidurnya tadi.

“Akhirnya, sampai juga,” gumam Celene sambil membuka pintunya dengan lega. “Kalau enggak salah, tempat tidurku yang dekat pintu,” gumamnya. Seingat Celene, di sebelah tempat tidur tergeletak koper miliknya. Namun, kini koper itu sudah tidak tampak. “Ke mana koperku,” gumamnya kebingungan. “Apa sudah ada yang membongkar dan menyimpan bajuku ke lemari, ya?”

Celene membuka lemari yang ada di sebelah tempat tidurnya. “Lho, kok, enggak bisa dibuka, sih?” Dia mengguncang-guncang lemari tersebut.

“He, apa yang kamu lakukan pada lemariku?!” tegur seseorang dengan galak.

Celene berbalik dengan tercengang. “Lemarimu?” tanyanya.

“Iya! Kamu siapa?” tanyanya ketus. “Aku belum pernah lihat kamu!”

“Aku Celene, murid baru di sini. Tadi aku sama Dora sudah kemari. Lalu, aku harus ke tempat Mrs. Maple dulu. Pas aku balik lagi ke sini, kok ...,” Celene menatap sekelilingnya dengan bingung, “koperku sudah enggak ada. Dan, lemari ini juga enggak bisa dibuka.”

“Hihihi ...,” mendadak anak itu tertawa geli. “Kamu pasti salah kamar. Memang anak baru sering salah masuk kamar karena semua pintunya sama.”

“Ha! Jadi, aku salah kamar, ya,” Celene menggaruk-garuk kepalanya. Wajahnya memerah karena malu. “Pantas saja koperku enggak ada.”

“Ya, sudah. Kalau begitu, ayo kita cari kamarmu. Kayaknya, sih, kamu sekamar dengan Clarinta. Soalnya cuma kamar dia saja yang belum penuh.”

“Wah, terima kasih, ya,” wajah Celene jadi berubah cerah.

“O, ya, aku Fay. Kamu siapa tadi? Celene, ya?” tanyanya memastikan.

Celene mengangguk. Lalu, mengikuti Fay menuju kamarnya.

***

“Nah, itu kopermu,” tunjuk Fay saat mereka sudah berada di kamar yang benar.

“Syukurlah,” Celene mengembuskan napas lega.

“Kamu bongkar sekarang saja kopernya,” saran Fay. “Kalau sudah, kamu lapor dulu kepada Miss Leona, wali kelas kita. Nanti kamu bisa minta buku-buku dan jadwal pelajaran.”

“Oke, deh,” Celene membuka kopernya. Namun, dia tertegun saat melihat isinya. “Ini bukan baju-bajuku!” serunya bingung.

“Terus? Itu baju siapa? Masa kamu juga salah bawa koper, sih,” celetuk Fay.

“Bajuku biasanya dijahit oleh penjahit kerajaan, jadi ada cap kerajaan di bagian lehernya. Tapi, ini,” Celene menyodorkan sebuah baju kepada Fay. “Lihat! Enggak ada capnya, kan. Ini bukan bajuku!”

Fay menatap baju yang ada di hadapannya. “Aku belum pernah dengar ada baju yang dijahit sama penjahit kerajaan. Memangnya, kamu siapa? Putri raja? Hahahaha ...,” Fay tergelak.

“Aku memang putri raja,” jawab Celene serius.

“Hahaha ... kamu benar-benar lucu, Celene.” Fay terus tertawa geli sambil menekan perutnya yang terasa sakit karena kebanyakan tertawa. “Jangan aneh-aneh, deh. Putri raja itu sekolahnya di tempat yang mewah dan mahal. Jadi, mana mungkin mereka mau sekolah di sini.”

Lihat selengkapnya