-Ivy/Arun-
“Ivy! Ivy! Bangun!” Suara itu bersatu dengan mimpi yang baru saja mulai. Arun bersumpah ia baru tidur 5 menit. Dan jika ini bukan urusan akhir dunia Arun tidak ingin merusak mimpinya.
“The Night ada di Kuil Anca!” Ini urusan akhir dunia.
Arun melompat keluar dari kasur dan menyesali keputusan untuk melompat segera setelah kepalanya membentur langit-langit. Suara di dalam kepalanya memarahi diri sendiri yang sudah terluka bahkan sebelum bertemu penjahat nomor satu di Litania.
Arun dapat mendengar Pandora menggerutu pada dirinya sendiri di luar pintu. Ia menyerngit namun memutuskan untuk tidak membuang waktu dan berhenti menyalahkan diri sendiri.
Arun melangkah ke pintu yang akan membawaku langsung ke bawah tanah, dan dengan langsung ke bawah tanah yang ia maksud adalah pintu yang mengarah ke jurang dimana ia harus melompat untuk sampai di ruang bawah tanah. Meskipun sudah melakukan rutinitas ini berulang kali, sekali saja, Arun berharap para penjahat memilih waktu yang normal. Bukannya jam 2 pagi.
Ruang bawah tanah itu gelap, dan mata yang masih menyesuaikan setelah bangun tidur tidak membantu. Namun itu juga tidak menjadi masalah, meskipun berukuran besar dan dilengkapi penjara darurat, Arun mengenal ruang ini seperti telapak tangannya sendiri.
Kostum biru donkernya tergantung di samping kotak kostum kosong milik Pandora. Tanpa bicara lagi, ia menutup wajah dengan topeng yang dilengkapi alat komunikasi. Sentuhan terakhir, yang paling penting, warna rambut, mata, dan telinga. Lalu Arun berubah menjadi Ivy.
Earpiece-nya berdesir.