Matahari sudah berada tepat di atas kepala.
Andini merasa kepanasan dan pipinya yang lembut kemerahan. Dia bergegas melangkahkan kaki menuju ke parkiran untuk mengambil mobilnya.
Hari ini Andini menyetir sendiri. Supirnya harus mengantar anaknya sekolah.
Parkiran sepi, Hanya beberapa buah mobil terparkir.Hari memang sudah sangat sore.
Saat baru akan membuka pintu mobilnya, dia melihat mobil Rudy masuk ke wilayah parkiran dan berhenti tepat di depan mobilnya. Kemudian Rudy keluar dari mobil sambil bersenandung.
Langkah Rudy surut seketika melihat Andini berdiri bak patung di samping mobilnya. Senandungnya langsung hilang.
Andini meletakkan tasnya ke dalam mobil dan segera menghampiri Rudy.
Rudy salah tingkah, urung menghindar karena memang tidak mungkin lagi.
"Andini..." kata Rudy yang kehilangan kata-kata.
"Gue pikir lu lupa sama gue Rud," kata Andini tersenyum pahit.
"Gue denger lu udah nikah," kata Rudy gelagapan.
"Iya, untuk nutupin hasil perbuatan lu," ujar Andini.
Rudy tersenyum sinis.
"Kenapa gue yang harus bertanggung jawab. Yang nidurin lu itu banyak. Enak aja yang kena getahnya malah gue," kata Rudy.
"Yang gue tahu kita lebih sering bareng. Jadi harusnya lu yang bertanggung jawab," kata Andini.
Rudy memandang Andini dengan dingin.
"Gue ngga ada urusan lagi sama lu. Jadi jangan ganggu gue lagi," kata Rudy.
"Terus bagaimana dengan anak ini?" tanya Andini.
Rudy mengangkat bahu.
"Bukan urusan gue. Terserah lu." Katanya kasar.
Andini merasa ada nada jijik dalam suara Rudy.
Di depan Andini memang berdiri sosok Rudy yang dulu begitu dekat dengannya.
Mereka pernah menghabiskan waktu di ranjang setiap habis kuliah. Kemana-mana bersama.
Kini Rudy tak lebih dari orang asing.
"Hei Rud, lu lagi ngapain?" suara yang tidak kalah akrabnya terdengar di belakang Andini.
Ketika Andini menoleh, pemilik suara itu langsung membeku. Selain itu dua lelaki lain yang bersama sang pemilik suara juga tidak kalah syoknya.
Rey, Tony dan Abimanyu.
Mereka bertiga juga juga pernah berlabuh di ranjang Andini dan selama ini sempat menghilang setelah dia dinyatakan hamil.
Suasana terasa aneh.
Namun cuma sebentar karena Rudy langsung merasa di atas angin.
"Nih Andini, dia nuduh gue yang hamilin dia. Padahal lu pada juga tidur sama dia kan?" tanya Rudy sadis.
"Sorry man, gue ngga pernah 'nembak' di dalam," kata Rey santai.
"Gue juga. Play safe dong. Emangnya gue bodoh?" balas Abimanyu.
"Apalagi gue. Lu kan tahu Dee, gimana permainan gue. Semua serba di luar, kan biasanya lu yang bantuin?" Tony tersenyum lebar.