Perjalanan Tidak Sesuai Logika
Aku mengabarkan kepulanganku secara mendadak kepada ibu dan juga Anjeli. Ibuku bertanya, mengapa kepulanganku mendadak, aku mengalihkan pembicaraan dan ia bertanya kembali, tapi aku enggan menceritakan perihal kepulanganku ini. Aku merasa telah membuat ibuku gelisah dengan kepulangan yang tidak direncanakan sebelumnya.
“Ibu masakin makanan kesukanmu yo, Le.” usulnya saat aku akan mengakhiri teleponku. Kukatakan tidak. Karena hari ini; hari kamis aku akan menuju rumah Anjeli terlebih dahulu. Aku belum merencanakan pada hari dan tanggal berapa aku akan kembali ke rumah.
“Lho kok aneh? Kamu mau pulang ke mana dulu? Pulang itu ya ke rumah dulu toh. Kok ngelayab.” Protes Ibu.
“Perusahaan di mana Lukman bekerja, akan membuka cabang di Semarang, Bu. Jadi, Lukman diutus untuk memeriksa tempat lokasi tersebut,” terpaksa aku berbohong.
“Oh yo wes. Ibu doakan semoga sukses yo, Le.”
“Nggeh, Bu. Matursuwun.”
Tentang masakan yang ditawarkan ibu, sesungguhnya itu membuatku membayangkan sesuatu yang lezat yang sudah lama aku rindukan. Aku menyukai lodeh terong bercampur daun melinjo dan juga beberapa irisan ikan pari asap. Biasanya, aku selalu menunggui ibu di dapur, ketika kulihat ia mulai mengaduk-aduk sayur lodeh itu. Kemudian ia akan mengambilkan semangkok sayur itu untukku. Aku lebih menyukai memakannya begitu saja tanpa nasi, dan aromanya kau tahu? Menguar keseluruh ruangan. Rasa dan aromanya akan membuatmu lupa untuk menyapa orang-orang yang berjalan di depanmu.
Tapi Kamis ini, ketika ibu menawarkan masakannya yang lezat itu, nafsuku seolah-olah sempurna tertarik ke Kalijogo, untuk segera menemui Anjeli. Aku merasa telah menduakan ibu termasuk olahan-olahan dari air tangannya itu. Anjeli adalah magnet bagiku.
Anjeli tidak memberiku alamatnya, namun entah mengapa, seolah-olah alamat itu terekam begitu saja di memori otakku. Desa Kalijogo, Rt 6 /RW 2 Kec. Kaliabang, Kab.Karangagung, Jawa Tengah. Turun di Bandara Semarang, boleh menggunakan bus atau taxi. Tapi, banyak taxi yang tidak mau mengantar sampai masuk ke dalam desa. Karena jalanan masih banyak yang rusak. Untuk melanjutkan perjalanan, bisa menggunakan jasa becak kayuh yang akan mengantar ke desa tersebut. Rumahnya urutan ke enam setelah masjid di pinggir kali yang sangat deras alirannya. Dengan begitu saja aku mendapatkan alamat itu di memoriku setelah pesawatku lepas landas.