Hari kembali berlalu, mentari pagi mulai menunjukkan dirinya, sinarnya masuk melalui ventilasi kamarku, membuat mataku terbuka sedikit demi sedikit. Aku terbangun dari tempat tidurku dan kembali beraktifitas seperti mandi, merapikan kamar tidur. Aku melihat diriku di cermin, mataku masih bengkak.
"Kenapa sih mataku dari kemarin masih bengkak? Gimana hilanginnya?"
Aku memegang mataku yang bengkak pelan-pelan dan mencari obat mata di laciku lalu meneteskan sedikit ke kedua mataku. Aku pergi ke dapur dan melihat Bapakku sudah ada di dapur.
"Loh Pak, kapan pulangnya?" tanyaku.
"Tadi malam," balas Bapakku.
Aku duduk di meja makan. Ibuku menaruh nasi, sayur kangkung, dan lauk pauk di meja kami. Kami bertiga sarapan bersama.
Setelah selesai sarapan, aku mau bersiap-siap membuka toko roti tapi Bapakku menahanku.
"Tokonya diliburkan dulu," kata Bapakku.
"Kenapa?" tanyaku.
"Nanti ada teman Bapak dari Kota A mau berkunjung ke rumah. Dan kamu harus siap-siap karena Bapak rencana mau menjodohkanmu dengan anak teman Bapak," jelas Bapakku.
Aku terdiam sebentar lalu dengan ikhlas menerima rencana Bapakku yang akan menjodohkanku. Bapak dan Ibuku mendatangiku dan memelukku.
"Kamu pantas bahagia Nak," kata Ibuku dalam hati.
Ibu dan Bapakku saling melirik sambil memelukku.
............
(Flash Back)
Sebelum memberikan kabar perjodohan. Bapakku pulang malam hari dari Kota A di saat aku tidur. Bapakku membicarakan perjodohan dengan Ibuku di kamar tidur dan Ibuku menyetujui perjodohan itu.
"Ini semua demi kebahagiaan anak kita. Aku tak tega melihatnya akhir-akhir ini," kata Ibuku sedih.
"Sepertinya dia akan cocok dengan wanita itu," jelas Bapakku.
.........
Di kamar tidurku, aku duduk di depan cermin dan mengingat kembali dengan apa yang dikatakan Bapakku. Aku menghela nafas pelan.
"Aku harus menerima ini. Semoga ini jalan yang terbaik untukku dan jalan terbaik untuk melupakan Diana."
Aku kembali mengkhawatirkan mataku yang bengkak.
"Bagaimana ini? Mataku masih bengkak. Apa aku perlu ke rumah Marry untuk merias mataku biar ga bengkak? apalagi ini hari penting."
Tanpa berpikir panjang, aku mengambil jaketku dan pamit ke rumah Marry. Sesampainya di rumah Marry, aku mengetuk pintu rumahnya. Marry membuka pintu dan melihat diriku yang datang.
"Hendry, ngapain pagi-pagi kesini?" tanya Marry.
"Aku masuk dulu boleh?" pintaku.
Marry mempersilakan aku masuk. Aku dan Marry duduk di ruang keluarga.
"Kenapa Hen?" tanya Marry lagi.
"Hari ini aku mau dijodohkan," kataku.
"Apa?" teriak Marry.
Marry menutup mulutnya karena saking tak percaya dengan apa yang aku kabarkan. Lalu John dari arah kamar mandi mendatangi kami sambil sikat gigi dan mengenakan handuk. Ia terkejut dengan teriakan Marry.
"Hengg..awda napa?" tanya John sambil sikat gigi.
"Kakak kenapa keluar seperti itu? Awas itu jatuh nanti busa odolnya. Pergi sana," usir Marry.
John kembali ke kamar mandi.
"Lalu kamu terima?"
Aku mengangguk pelan.
"Siapa wanita itu? Kamu tau?" tanya Marry lagi.
Aku menggelengkan kepalaku.
"Ah.. aku jadi penasaran. Lalu kamu pagi-pagi ini sedang apa ke rumahku?" tanya Marry.
"Aku mau minta tolong. Kasih aku alat make upmu seperti kemarin untuk menutupi mataku ini," sahutku sambil menunjuk mataku yang bengkak.
"Oke, tunggu sebentar."
Marry pergi ke kamarnya untuk mengambil alat make upnya. Ia lalu meriasku. Sambil merias, Marry berbicara kepadaku.
"Kamu masih sedih?" tanya Marry pelan.
Aku mengangguk pelan.
"Perasaanku belum sepenuhnya lega dan plong karena aku masih memikirkan Di... Hana, aku memikirkan Hana."
Marry menghentikan sebentar memakai concealernya dan menunduk sedih.
"Aku juga sedih tapi itu bukan salahmu kan?" kata Marry.
"Hari ini hari penting buatmu Hen. Jangan tunjukkan kesedihanmu kepada wanita yang akan dijodohkan olehmu. Kamu juga harus pura-pura senang saja untuk menghargai wanita itu."
Aku mengiyakan perkataan Marry dan Marry kembali meriasku. Sedangkan dari arah belakang, terdengar suara gaduh orang yang berlari menuju ruang keluarga. Dan yang keluar John dengan pakaian tidurnya lalu bergabung bersama kami.
"Ngapain pagi-pagi berhias?" tanya John yang mulai membuka percakapan.
"Kepo," ceplos Marry.
"Aih.. kenapa sih kamu pagi-pagi begini masih ngambek?" goda John kepada Marry yang masih merias diriku.
"Kakak tadi malam habisin kueku," kesal Marry.
"Ya ampun gara-gara itu aja," balas John sambil menggelengkan kepalanya.
"Itu aja itu aja. Orang mau ku kasih ke Clara hari ini," balas Marry emosi.
"Apa? Clara?" tanya John.
"Kenapa ga bilang? Biar aku aja yang kasih sambil ngobrol-ngobrol kan," goda John.
"Kinipi ge biling, biir eki eje," ejek Marry.
"Iya udah, aku gantiin deh. Hen, buka kan tokomu hari ini?" tanya John.
"Ga. Bilang Bapakku diliburkan dulu," balasku.
"Loh kenapa?" tanya John kepadaku.
"Hari ini dia ada acara penting," balas Marry.