Blurb
Padma Larasati memiliki segalanya yang diinginkan perempuan seusianya: karier stabil di gedung pencakar langit, hunian nyaman di Jakarta Selatan, dan Arga—kekasih mapan yang dipuja banyak orang. Di mata dunia, hidup Padma sempurna. Namun, di balik blazer rapi dan senyum yang dipoles, ia merasa kosong.
Ia terjebak dalam ekspektasi menjadi "wanita sukses" bagi keluarganya dan "boneka etalase" yang penurut bagi Arga. Setiap hari adalah panggung sandiwara, dan Padma mulai lupa siapa dirinya yang sebenarnya.
Di tengah badai quarter-life crisis yang melanda, langkah kaki Padma tersasar ke sebuah gang sempit yang tersembunyi. Di sana, di antara aroma kopi gosong dan rak kayu tua Klub Buku Halaman Belakang, ia bertemu Sabda—pemilik kafe bermulut pedas yang lebih tertarik pada isi kepala daripada polesan wajah.
Lewat buku-buku pinjaman dan percakapan jujur tanpa filter, pertahanan diri Padma perlahan runtuh. Sabda tidak menawarkan pelukan manis, melainkan cermin retak yang memaksa Padma melihat kenyataan: bahwa ia sedang kehilangan dirinya sendiri demi membahagiakan orang lain.
Ketika Arga mulai memperketat kendali dan dunia menuntutnya berlari kencang, Padma dihadapkan pada pilihan tersulit: tetap menjadi sempurna di mata orang lain tapi mati rasa, atau berani menjadi tidak sempurna demi menemukan jalan pulang ke diri sendiri?
Ini bukan sekadar kisah cinta, tapi perjalanan menyusun ulang kepingan diri yang hilang di tengah hiruk-pikuk kota yang lupa cara memeluk.