Rindu
Hari senin seharusnya menjadi hari yang cerah. Tetapi tidak dengan hari ini. Hujan turun sepanjang perjalanan menuju ke sekolah. Udaranya yang dingin membuatku semakin merapatkan jaket yang kukenakan. Aku menghela nafas perlahan. Kenapa cuaca hari ini sangat tidak bersahabat? Sesekali aku menggosok tanganku yang kemerahan karena udara dingin akibat AC mobil. Dan tentunya karena hujan. Aku menatap keluar jendela mobil, menatap apa saja yang dapat terlihat oleh indra penglihatanku. Namun nihil. Tidak satu pun terlihat karena kabut yang dihasilkan oleh hujan. Entah berapa lama hujan ini akan bertahan.
"Kamu kedinginan, Ra?" Papa melirikku sebentar lalu fokus kembali ke depan. Jalanan sedang macet-macetnya. Bisa gawat kalau Papa menabrak pengemudi lain, kan?
Aku tersenyum kecil dan menggeleng. " Tidak Pa. Ra baik-baik saja."
Papa mengangguk-angguk mengerti lalu kembali fokus pada jalanan. Sebenarnya aku tidak baik-baik saja. Entahlah akhir-akhir ini moodku benar-benar buruk. Mungkin aku sedih gara-gara Ali yang memutuskan untuk tinggal di SagaraS. Tapi bagaimanapun juga, bukankah aku seharusnya bahagia? Akhirnya si biang kerok itu bisa bertemu dengan ibunya. Merasakan kehadiran seorang Ibu yang dia damba-dambakan. Lalu, bagaimana dengan aku? Apakah aku juga akan bertemu dengan Ayahku?
Ah... ternyata memikirkan itu semua sangat menguras energiku, sama halnya dengan pelajaran matematika yang diberikan oleh Miss Selena. Aku menghempaskan badanku pada kursi mobil.
"Ra?" Aku menoleh ke arah Papa yang menatapku bingung. Aku mengernyitkan dahi. Ada apa? Papa tiba-tiba tertawa dan mengacak-acak rambutku. "Kita sudah sampai Ra."
Ha? Benarkah? Lalu aku menghadap ke depan ke kaca mobil. Astaga! Ternyata benar! Saking lamanya aku melamun aku tidak sadar sudah sampai di sekolah. Dengan cepat aku merangkul tasku dan berpamitan pada Papa. Sebelum aku keluar dari mobil, Papa menahan lenganku.