PaGoS (fanfic bumser)

Aliya Putri Gunawan
Chapter #2

BAB 2

MURID BARU

Di luar sana, hujan masih belum berhenti. Aku menggosok tanganku yang kemerahan. Dingin. Aku menoleh ke samping. Seli masih sibuk dengan ponselnya. Nampaknya dia tidak memusingkan suhu yang mulai mendingin. Aku tersenyum tipis. Pasti dia lagi lihat video boyband kesukaannya kan?

Aku mengalihkan pandanganku ke arah jendela kelas. Aku menghela nafas. Lagi. Ini mulai menyebalkan. Maksudku lihatlah! Hujan di luar sana seakan menolak untuk berhenti dan semakin bertambah deras. Membuat basah dimana-mana. Bukannya Aku tidak suka hujan. Bukan. Aku menarik nafas dalam-dalam. Entahlah ini mungkin masih berhubungan dengan kepergian Ali. Moodku buruk karenanya. Padahal Aku sudah bertekad untuk tetap biasa-biasa saja tanpa kehadirannya. Memutuskan untuk menghormati pilihannya. Tetapi kenapa hatiku menolak untuk biasa-biasa saja? Aku memijit pelipis. Ini semakin rumit.

"Ra?" Aku menoleh ke sumber suara dan menemukan Seli sedang menatapku. Aku menaikkan satu alisku. Kenapa?

" Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu, Ra. Tapi janji jangan marah, oke?" Aku hanya mengangguk sebagai balasannya. Terlihat Seli sedang menarik nafas dalam-dalam. Lalu membuangnya perlahan dan menatapku.

" Ap- Apakah kau memikirkan Ali, Ra?" Aku menaikkan satu alisku. Kenapa dia menanyakan itu?

Seli mengangkat kedua bahunya. " Entahlah, Ra. Kamu seperti terlihat memikirkan seseorang. Sampai-sampai dahimu berkerut, Ra. Dan Aku tebak sepertinya orang itu adalah Ali. Bukan begitu, Ra?

Aku terdiam. Tebakan Seli benar. Aku sedang memikirkan Ali, Si Biang Kerok jarang mandi, kusut, bau, dan menyebalkan. Entah akhir-akhir ini Aku semakin sering memikirkannya. " Dan ngomong-ngomong, Ra." Seli mendadak nyengir tidak jelas. " Jangan marah Ra, ya?"

Aku hanya mengangguk sekaligus kesal. Kenapa Seli terus menyuruhku untuk tidak marah? Bukannya ucapannya tidak ada yang sal-

" Dari buku yang kubaca, jika kita selalu memikirkan orang tersebut, maka itu tanda-tanda jatuh cin- Eh! Ra! Kamu baik-baik saja?"

Aku tidak baik-baik saja. Minuman yang baru saja Aku minum menyembur ke baju Seli, membuat basah empunya. Bahkan separuh airnya masuk ke hidungku, membuat sakit. Dan kabar buruk selanjutnya, wajahku memerah seperti kepiting rebus. Dasar Seli, membuatku malu saja. Dan apa katanya tadi? Tanda-tanda jatuh cinta? Aku dengan Si Biang Kerok yang jarang mandi, kusut, bau, ketombean, dan pemarah itu? Itu mustahil!

Seli menyodorkan tisu kepadaku. " Kamu membuatku kaget saja, Ra. Bajuku juga jadi basah."

Aku menatapnya kesal. Memangnya siapa yang duluan yang membuat kaget? Aku menghela nafas. " Lagipula, Ra. Jika kamu memang tidak suka dengan Ali, seharusnya reaksimu biasa-biasa saja kan, Ra? Tidak perlu berlebihan."

Sabarlah, Ra. Sabar. Tarik nafas, buang... Tarik bua-

" Atau jangan-jangan benar ya, Ra? Kamu suka Ali? Mengaku sajalah Ra! Ali itu memang tam-"

"DIAM KAMU SELIII!!!"

***


Bel istirahat pertama berbunyi nyaring. Aku memasang senyum tipis ketika melihat mereka- teman-teman sekelasku- berlari kencang menuju kantin. Padahal di luar sana hujan masih mengguyur, membuat basah di sepanjang koridor kelas. Aku menyeringai tipis membayangkan mereka terpeleset lalu jatuh, menjadi bahan tertawaan seluruh orang. Itu pasti menyenangkan. Eh?

Seli, dia sudah pergi dari lima menit yang lalu. Dia bilang ingin pergi ke toilet. " Bajuku basah akibat semburanmu, Ra. Aku mau mengeringkannya dulu." Lalu setelahnya, dia lari terbirit-birit keluar kelas. Aku mengangkat bahu. Toh ini bukan salahku. Salah Seli yang tiba-tiba mengungkit Biang Kerok itu.

Lihat selengkapnya