Pahlawan negeri sipil (Merpati putih 1)

UBI Master
Chapter #3

Bab 02. Placula

Kaki kiri melangkah keluar dari masjid. Langit telah gelap dan suara serangga terdengar di semak-semak. Lampu jalanan telah dinyalakan dan orang-orang kembali ke rumah masing-masing. Ali menatap ke arah pusat kota Palu. Keadaan sungguh beda. Di sana, bangunan yang menjulang tinggi dan lampu bersinar terang. Sangat berbeda dengan tempat tinggal Ali yang bernuansa seperti desa. Bahkan langit lebih cerah di tempat Ali berdiri saat ini.


Ali menaiki motornya dan pergi menuju apartemen nya yang agak jauh dari kawasan perumahan. Namun ada yang aneh, meski pun apartemen Ali berada di pinggiran, bukan berarti tidak ada pencahayaan, tapi kenyataan berkata lain karena selain lampu jalanan, semua lampu mati. 


Terlalu aneh karena apartemen itu setidaknya memuat 30 kamar dengan 3 lantai, tapi tidak ada satu pun lampu yang nyala karena ia tahu ada 20 orang yang tinggal dalam kompleks apartemen itu. 


Tulang belakang nya menggigil dan rambut di sekujur tubuhnya berdiri. Udara terasa berat dan menelan ludah pun terasa menyakitkan tenggorokan. 


“Pak Buni! Ibu Emi! Joshua!” Teriak Ali memanggil penghuni apartemen lain yang harusnya berada di dekat kamar kontrakannya. 


Ali menelan air ludahnya sekali lagi ketika melangkah ke tangga, menuju lantai 3 dan kamar paling ujung, kamar kontrakan miliknya. 


Napasnya memburu dan langkahnya sangat hati-hati. Ia mengintip salah satu kamar kontrakan yang harusnya ada penghuni, tapi tidak ada siapa pun di dalam dan keadaan sangat gelap. 


*Krang


Suara terdengar dari kamar di ujung, yaitu kamar kontrakannya. Ia melangkah tapi tiba-tiba terhenti di saat seseorang keluar dari kamar kontrakannya. Sosok hitam tinggi diikuti suara cairan menetes. Tanpa berpikir panjang, Ali membuka pintu kamar kontrakan di samping nya. 


Terbuka...


Terbuka? Tidak ada waktu untuk berpikir, ia menutup pintu dan melangkah mundur perlahan. 


Ali menginjak sesuatu, seperti genangan air, ia menyalakan senter handphone nya dan terdiam melihat genangan darah dan potongan tangan tercabik di atas lantai. 


AAAAAAAA!!!


Suara teriakan Ali terdengar, makhluk tadi merayap keluar, ya, merayap. Tubuhnya bagai cacing raksasa dengan bagian atas menyerupai tubuh manusia. Tangannya sepasang tapi tidak memiliki jari sama sekali, hanya berupa kuku panjang bagaikan duri. Di bawah tubuh panjangnya, puluhan kaki kecil bergerak. Jika dilihat sekilas, tubuh panjangnya terlihat halus, tapi sebenarnya itu adalah tulang yang melindungi tubuhnya. Seluruh permukaan tubuhnya diselimuti tulang, bagaikan kumbang.


Kepalanya bahkan lebih aneh lagi, bentuknya seperti bintang laut dengan mulut mengangah di tengah wajah. Mulut yang dipenuhi taring kecil. 


Makhluk itu masuk ke kamar kontrakan tempat Ali bersembunyi. Tidak ada siapa pun. Ali menahan napasnya dan bersembunyi di dalam lemari, ia memberanikan diri untuk mengintip dari celah lemari dan jantungnya berhenti berdetak selama sedetik. 


“Placula!” gumam Ali. “Tapi bagaimana? Tidak mungkin ada placula di sini.”


Si placula berjalan melewati lemari tempat Ali bersembunyi. Jantung berdetak tidak karuan dan ia berusaha mengatur napas nya. 


METEOR NEARBY! ALLERT!!! EVACUATE!!! 


Si placula mendengar suara peringatan ponsel Ali dan bergegas menuju lemari persembunyian pria tersebut. 


“YOOOOLLLLLOOOO!!!” Ali berteriak sambil menerjang si placula sebelum monster itu membuka pintu lemari. 


Dengan semua kekuatan yang ia miliki, Ali mendorong paksa si placula keluar kamar dan terus mendorongnya hingga terjatuh dari lantai tiga. 


Berhasil, si placula terbaring di tanah. Napasnya masih memburu tapi setidaknya ia berhasil. Ali memegang pundaknya yang terluka, sepertinya makhluk itu berhasil menusuknya.


Lihat selengkapnya