Gesekan tali tambang yang kasar menggores pergelangan tangan. Ikatan yang agak longgar membuatnya semakin parah ketika ingin menggerakkan kedua tangan yang terikat.
Membuka mata perlahan, Ali merasakan banyak berkas cahaya terang memasuki matanya. Terlalu menyilaukan, cara yang sangat tidak nyaman untuk terbangun.
Ketika ia menyadarinya, pemuda itu pun terdiam saat mendapati dirinya duduk terikat di sebuah kursi kayu yang kasar.
Tembok di belakang dan di samping terbuat dari besi dan tembok yang berada di depan merupakan tirai panjang dengan sebuah tirai kecil di tengahnya yang berfungsi sebagai pintu. Tempat itu terlalu lebar, setidaknya lebarnya bisa mencapai 30 meter.
Atap tanpa plafon, hanya rangka besi dan lampu saja yang terlihat ketika mendongak ke atap yang jauh tinggi dari permukaan tanah.
Namun yang membuatnya terkejut bukan itu, melainkan fakta jika ia tidak sendiri di ruangan tersebut. Dua orang prajurit PNS berzirah merah berdiri di pintu tirai, sebagai penjaga. Satu orang prajurit PNS berzirah perunggu tengah duduk di kursi lipat memandangi Ali yang tampak kebingungan.
Tidak seperti prajurit PNS berzirah merah yang memakai helm pelindung kepala layaknya power ranger, prajurit berzirah perunggu itu tidak memakai helm pelindung kepala. Wajahnya mencerminkan umurnya yang setidaknya berumur 30 tahun. Jambang wajahnya sedikit panjang, kumisnya tipis dan rambutnya cepak hampir botak.
“Regenerasi, kemampuan yang bagus untuk bertahan hidup. Sayang sekali kurang cocok untuk tugas penyusup, ” ujar si prajurit PNS berzirah perunggu.
“Penyusup? Apa yang dia bicarakan? Aku adalah warga masyarakat kota Palu, dan dari mana dia tahu aku memiliki kekuatan regenerasi?” batin Ali mengamati sekitar kemudian terkejut melihat kakinya yang putus telah tumbuh menjadi kaki yang baru seolah tidak pernah putus sama sekali.
“Jadi, apa kau mau langsung bicara?” Si prajurit mengangkat salah satu tangannya dan listrik statis mulai terpercik dari telapak tangannya, “ataukah kau ingin disiksa lebih dulu?”
Pertanyaan itu mengembalikan Ali ke kenyataan, “Pak, kurasa anda salah paham, aku hanyalah warga –”
Leher Ali langsung tercekik oleh si prajurit dan listrik statis mulai menggelitik leher pemuda tersebut.
“Jadi, kau lebih suka siksaan rupanya.” Si prajurit mengeratkan genggamannya, mengaburkan pandangan Ali akibat kurangnya oksigen yang masuk ke otak.
“Bronze owl Michael, kenapa para korban terluka berada di luar ruangan?” tanya seorang prajurit PNS berzirah perak yang tiba-tiba masuk dan mengejutkan semuanya.
Dua prajurit zirah merah langsung menghormat di tempat dan prajurit berzirah perunggu langsung melepaskan Ali.
“Maaf pak, tapi kami menemukan seorang yang terduga penyusup dengan zirah uranus ilegal, ia mungkin ada hubungannya dengan lemahnya medan energi pelindung kota, pak!” lapor si Michael sambil memberi hormat.
Prajurit zirah perak berumur 40 tahun itu terlihat seperti pemuda yang masih berumur 20 tahun dengan kulit kencang dan bersinar, terlebih dengan ekspresi wajahnya yang sangat santai dan ramah.