“Mungkinkah?!”
“Kalau kau sudah paham, pakai kaos ini dan pulihkan tenagamu,” kata Ratna melempar sebuah kaos hitam pada pemuda yang sedari tadi bertelanjang dada.
“Terima –.” Ratna telah pergi sebelum Ali menyelesaikan kalimatnya. “Dia terlihat sibuk padahal masih muda begitu, memangnya apa pangkatnya?” gumamnya kemudian kembali pergi ke gudang di sebelah yang merupakan tempat penyimpanan senjata dan makanan.
Ada 3 gudang yang telah dikosongkan dan dijadikan tempat pengungsian serta 1 gudang yang berfungsi sebagai tempat ransum dan persenjataan.
Perutnya bergemuruh dan Ali baru sadar betapa tidak bertenaganya ia. Ingin sekali mengambil semangkok bubur hangat yang dimasak dalam panci besar, tapi kerumunan orang di sekitarnya malah menghilangkan semangat untuk bergerak.
Semuanya saling menyerobot dan ada pula yang bertengkar, para petugas bahkan tidak bisa menenangkan semuanya.
Bukan petugas berseragam tempur yang hitam dan ketat seperti Ratna, melainkan petugas gabungan seperti polisi dan pemadam kebakaran yang secara suka rela membantu.
“Kau sudah makan?” tanya seorang pria paruh baya yang merupakan petugas relawan.
Badannya besar dan ia mengenakan kaos abu-abu serta celana panjang. Ia memberikan sepiring bubur pada Ali dengan senyuman ramah.
“Terimakasih, pak”
Setelah memberikan sepiring bubur, bapak tersebut langsung pergi menangani masyarakat yang lain.
“Alhamdulillah dapat bubur,” ucapnya sebelum memakan bubur itu.
Baru 3 suapan, ia langsung dihampiri seorang gadis kecil yang mungkin masih berumur 7 tahun. Gadis berambut hitam pendek dan wajah yang agak kumal. Baju dan celananya tidak terlihat seperti pakaian bekas tapi debu dan tanah yang menempel membuat Ali berpikir sejenak jika anak itu sebenarnya punya orang tua atau tidak.
“Om, minta buburnya,” kata gadis tersebut memelas.
Ali bukannya tidak mau membagi tapi ia sudah melewati malam yang berat dan tubuhnya berkali-kali meregenerasi. Ia tidak punya kekuatan untuk bergerak dan sudah sewajarnya dia egois.
Pemuda itu memutar tubuhnya, berpura-pura tidak melihat si gadis kecil tadi. Namun gadis itu malah mengejar Ali dan meminta sekali lagi dengan wajahnya yang polos.
“Maafkan aku, tapi aku sangat butuh makan,” batin Ali berbalik sekali lagi demi menghindar.
“OM, MINTA BUBURNYA!” Gadis itu melompat memeluk punggung Ali, pemuda itu terkejut dan menjatuhkan piring buburnya.
“ANAK SIALAN!” teriak Ali tapi gadis itu telah berlari menjauh lalu jatuh tersandung.