Paintease

Delima Ami
Chapter #5

Tas Merah Beroda

18 Maret 2005

Hari ini aku merayakan sebuah peringatan yang paling bahagia di dalam hidupku. Genap 5 tahun aku hidup menjadi anak terakhir yang selalu diberi perhatian istimewa oleh keluargaku. Tepat pada hari itu, aku mengatakan kepada ibu bahwa aku ingin segera sekolah.

Ibu sangat terkejut mendengar ucapanku, seorang anak berusia 5 tahun sudah bersemangat untuk menjadi anak sekolahan. Aku pun juga mengutarakan di mana tempat sekolah yang ingin aku tuju, yaitu di dekat tempat kerja ayah yang baru.

"Kenapa adek pengin segera sekolah? Kan adek masih kecil," tanya ibu yang meminta penjelasan dariku.

Aku pun mendekat kepada ibu dan berbisik lirih, agar tidak diketahui oleh kak Aba dan kak Ari. "Noni biar bisa seperti Ibu."

Ibu pun tersenyum dan menggelengkan kepala karena heran serta takjub dengan alasan singkat yang aku berikan.

"Noni juga pengin bertemu dengan teman-teman yang baru, bermain di ayunan, baris sambil bernyanyi bersama teman-teman." Aku berucap tanpa merendahkan nada bicara agar didengar oleh semua orang yang ada di ruang tengah.

"Gimana kalau Noni ikut kak Ari saja?" sahut kak Ari yang sedang membuat pesawat dari kertas.

"Enggak! Di tempat Kak Ari enggak ada mainan. Cuma ada lapangan yang sangat luas." Aku menyela ucapan dari kak Ari yang berusaha menawariku untuk ikut sekolah dengannya.

"Hahaha. Sudah kuduga! Bagaimana kalau sama kak Aba? Sebelum masuk kelas juga baris sambil bernyanyi loh Dek," sahut kak Aba dengan nada sedikit merayuku.

Aku berpikir sebentar dan kemudian berucap, "Emang iya? Kok enggak sama kayak sekolah kak Ari?"

"Ya beda dong, sekolah kak Aba gitu loh." Kak Aba menyahut lagi dengan beberapa kedipan sebelah matanya agar terlihat meyakinkan.

"Ah enggak! Aku tetap mau sekolah di Taman Kanak-kanak itu. Di sana lebih banyak permainan," ucapku dengan menyebutkan tempat sekolah yang kumaksud.

"Oohhh ... Taman Kanak-kanak toh," sahut kak Aba dan kak Ari secara bersamaan.

Ibu dan ayah hanya tersenyum dan membiarkan kami bertiga beradu kata.

Lihat selengkapnya