Paintease

Delima Ami
Chapter #10

Seluncur Bersemen

Tibalah pada bulan kemerdekaan. Para warga desa mengibarkan bendera kebangsaan di depan rumah. Terhias ramai lampu hias berkelip yang menyala indah di malam hari. Ya, sekarang sudah berada pada bulan Agustus pertama, sesudah kami pindah di kota ini.

Aku bersiap rapi memakai seragam kemeja dan skirt sepanjang lutut serupa dengan motif khas TNI tetapi versi anak-anak yang akan mengikuti karnaval.

Rambut sudah terikat rapi serta tertutup oleh topi yang cukup mungil untuk kusematkan di atas kepala. Ibu menempelkan stiker bendera merah putih di kedua pipiku. Rasanya pun aku tidak sabar untuk segera berjalan mengelilingi alun-alun kota dan beberapa rute pilihan sebagai jalur lintasnya karnaval.

17 Agustus 2005 tepatnya, setelah sampai di Taman Kanak-kanakā€”aku bergegas menghampiri teman-teman kelas Strawberry yang tengah berkerumun di lapangan. Kulihat Dino dengan seragam polisi dan juga stiker merah putih yang melekat pada pipi kanan dan kirinya.

"Hai Dino," sapaku menyela diantara perbincangan Dino bersama teman-teman yang lain.

Dino pun menoleh dan memusatkan pandang ke arahku. Tak lupa dengan senyum khasnya yang makin membuatku bersemangat untuk mengikuti karnaval hari ini.

"Noni ...." sahutnya setengah berteriak riang.

Teman-teman kelas Strawberry sangat kompak dengan berbagai macam kostum yang berbeda. Karnaval hari ini dilaksanakan dalam rangka peringatan hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-60 tahun. Indonesia telah merdeka, sebagai warga yang terlahir lima tahun ke belakang ini. Aku selalu bersyukur dan sangat berterima kasih kepada para pahlawan yang telah berjuang lahir dan batin demi menjadi utuh dalam satu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

10 menit kami bercakap, ibu guru pun bersuara dengan menggunakan mikrofon. Beliau berhitung 1-10 agar kami semua bisa berbaris rapi.

"Selamat pagi anak-anaknya ibu."

"Selamat pagi. Pagi. Pagi, Ibu guru ...." sahut kami bersamaan.

"Luar biasa semangatnya hari ini. Ibu senang mendengar sahutan dan juga melihat wajah bahagia kalian semua. Sudah sarapan apa belum ini anak-anak ibu?"

"SUDAH IBU." Kali ini kami menyahut dengan berteriak.

"Keren! Hebat!" timpal ibu guru dengan satu jempol dari tangan kanannya.

"Baik anak-anak, habis ini kita akan lakukan senam seperti biasa terlebih dahulu. Baru habis itu, kita mulai jalan mengelilingi kota tercinta ini. Siap?"

"SIAP SEKALI IBU." Dengan lantang kami menyahut ucapan ibu.

Aku saat ini berada di muka barisan. Sungguh mendebarkan bukan? Menjadi maskot dari Taman Kanak-kanak Tjandra Kirana sekaligus berpasangan dengan Dino, sahabatku selama di kelas Strawberry ini.

Di barisan kedua, tepatnya di belakangku. Terdapat Vita yang memakai seragam seperti dokter karena menggunakan snelli. Pun juga Rara yang berada di belakang Dino, ia memakai blazer dusty seperti seorang pekerja kantoran.

Aku menyapa mereka berdua dengan ramah, "Pagi Bu dokter dan Bu ...." aku menjeda sapa, bingung harus memanggil Rara seperti apa. "Bu kantor ... hehe."

Dino sontak tertawa ringan, aku malu dengan mereka bertiga. Vita tersenyum kecut pun juga Rara yang cemberut kusut. Tetapi kenapa malah Dino yang merespons dengan tawa? Seakan aku sedang memberikan lelucon. Ah, bodoh sekali aku.

Musik telah diputar, seluruh anak-anak dari Taman Kanak-kanak bersiap senam agar lebih bersemangat memeriahkan karnaval.

***

4 jam berjalan ternyata cukup lelah ya! Aku tak habis pikir, kota yang aku tempati saat ini ternyata cukup luas. Apa mungkin karena aku masih kecil? Langkahku saja tak selebar langkah kaki kak Aba. Huhuhu.

"Fyuhhh! Capek juga ya," keluhku di hadapan Dino.

Lihat selengkapnya