Kembali lagi di bulan delapan tahun 2006. Tanggal 1 Agustus tepatnya, saat kulihat kalender
"Noni, hari ini ayah mau ke luar kota. Noni di rumah enggak boleh nakal ya sama kak Aba dan kak Ari."
"Ayah mau pulang jam berapa nanti?" tanyaku memastikan kepulangannya.
"Hmmm, mungkin jam 9 malam nak. Noni jagain ibu ya sama kakak-kakakmu," bisik ayah lagi.
"Ayah hati-hati ya... Jangan sampai telat makan," pesanku kepadanya.
"Iya anaknya ayah ibu."
Ayah pun segera keluar menuju motornya. Tak lama, ia menyalakan mesin dan kemudian melajukan motor. Kini ayah hanya terlihat punggungnya saja, yang perlahan menjauh hingga hanya kepulan asap yang tersisa dari knalpot motornya.
Hari libur ini membuatku lebih bersemangat untuk bermain. Aku sudah membuat janji bersama dik Tasya—untuk bermain bersama di rumahnya.
Kulihat kak Aba yang sedang bersiap menuju ke ladang sementara kak Ari tengah asyik merakit akuarium mini untuk tempat ikan-ikan kecilnya.
"Ah lebih baik aku usik kak Ari saja kali ya," aku bergumam lirih.
Satu, dua, tiga.
"KAK ARI!!!"
Tidak terjadi apa-apa, dia hanya menoleh dan bertanya, "Ada apa Non?"
"Ahh! Enggak seru banget Kak Ari. Seharusnya Kak Ari kaget dan berteriak. Huft!" kesalku padanya.
"Hahaha, lagian kamu kalau jahilin kakak mah enggak pernah berhasil. Iya kan? Hahaha," ledeknya membuas.
"Iya deh iya! Kakak yang menang. Huhu," serahku dengan gaya semakin gemas padanya.
"Hahaha, bocah gemblung emang suka kalahan. Hahaha." Kini tawanya semakin menggelegar di kedua telingaku.
***
Sesampai di rumah dik Tasya, aku menghempaskan tubuh ke kasur kamarnya—aku harus menunggunya sampai selesai mandi. Menatap langit-langit kamarnya yang penuh dengan bintang-bintang yang saling mencumbu erat, pasti kalau malam dia tidak perlu ke luar rumah untuk menyaksikan bintang di angkasa.
Di dalam kamarnya hanya terdapat satu ranjang kasur, lalu sebuah lemari berwarna silver, dan juga meja belajar yang terpajang beberapa buku pelajaran. Hmmm, tidak ada satu pun boneka yang kulihat di sini. Aku menggelar mainanku di atas permadani. Menata perlengkapan properti mini untuk mendukung si barbie nanti. Tak lama kemudian, dik Tasya masuk ke dalam kamar. Dia sedikit terkejut karena aku telah sedikit merusak kerapian kamarnya.
"Astaga! Aku kira seekor kucing tengah mengubrak-abrik kamarku. Ternyata mbak Noni."
Aku terkekeh ringan dan berkata padanya, "Ayo main, hari ini aku tidak ke mana-mana."
Dik Tasya berbisik padaku, "Tapi aku tidak bisa berlama-lama. Mbak Noni gapapa, kan?"
Aku menimbang ulang ucapannya dan bertanya, "Dik Tasya mau kemana?"
Dia tersenyum kemudian mengambil kotak mainannya di atas lemari silver, "Aku ingin ikut ibu ke ladang. Kebetulan kami akan menanam sayuran di sana. Kau mau ikut?"
Hmmm, tidak hanya kak Aba saja ya yang lebih mementingkan dirinya untuk pergi ke ladang. Padahal berdiam di rumah dengan bermain atau menonton televisi bukannya lebih nyaman untuk menghabiskan weekend ini?
"Woalah, emmm. Aku pulang ke rumah aja deh nanti. Hehehe," pungkasku padanya.
Lalu, kami berdua pun bermain bersama hingga tak sadar waktu. Selama 3 jam kami habiskan untuk bermain. Bahkan dik Tasya lupa bahwa ada janji bersama ibunya.
"Waduh, aku kelupaan nih."