Setelah resmi menjadi anak SMA, aku berusaha untuk mengatur waktu sebaik mungkin. Ibarat hewan ternak yang baru masuk kandang, harus diberi perawatan secara khusus terlebih dahulu sehingga bisa dengan cepat untuk beradaptasi bersama ternak yang lain. Lah, kok pengibaratannya ke hewan ternak sih?
Tapi ada benarnya juga, aku kira ke depannya akan mulus aja. Tapi baru satu minggu mengenakan seragam putih abu-abu, rasanya udah beda banget daripada aku ketika SMP dulu. Ya sudahlah, dilakukan aja dulu.
***
"Noni! Kamu enggak ke kantin?" Seseorang berteriak, seketika membuyarkan lamunanku.
"Eh, emmm. Iya, ke kantin kok," sahutku sembari membereskan buku-buku pelajaran ke dalam ransel. "Yuk, isi tenaga." Aku mengajak mereka sebagai bentuk penghargaan karena telah mengingatkanku untuk makan.
Seorang teman baru yang seakan aku pernah bertemu dengannya, tetapi waktu kapan ya? Namanya Lavi Ola. Kebetulan kami duduk satu bangku berdua. Tubuhnya lebih tinggi dariku, mungkin 170 cm. Sosok yang perfectable banget. Kalau ada tugas pelajaran, dia selalu setia menjadi pengingatnya.
Ada lagi satunya, Kana Meera. Dia ada di jurusan IPS. Kami berteman dekat sejak MOS—lebih tepatnya kami bertiga satu tim, nama timnya yaitu 'Bunga Bangkai'. Kana ini tipe cewek yang enggak bisa diam, pandai menganalisa perilaku manusia lain. Bukan Kana orangnya, kalau pas ketemu enggak akan bisa untuk tertawa ringan.
Sesampai di kantin, kami memesan makanan. Hari ini aku sedang ingin memakan bakso. Jadi aku beli bakso aja kali ya, sama nambah lontong 2 biji. Duh mantap banget!
Setelah memesan, kami pun sengaja memilih tempat duduk yang di tengah kantin. Katanya kalau duduk di situ, akan mudah mendapatkan kenalan baru dengan kakak kelas.
"Harus di sini banget ya, Kana?" tanyaku kepada Kana yang sedang mengaduk-aduk bumbu mi ayam di mangkuknya.
"Iya, hmmm. Kayaknya tempat ini bakal jadi one of our comfort zone deh. Nuansanya bikin orang makin laper banget dah." Kana menyeletuk seperti menyimpangkan pertanyaanku yang butuh penjelasan lebih dari kata-kata 'iya'.
Aku mengernyitkan dahi, seperti tidak paham betul mengenai ucapannya.
"Kok bisa kantin?" sela Lavi yang juga bingung dengan ucapan Kana.
"Hahaha, santai dulu wajahnya," sahut Kana yang memandang wajahku, lalu wajah Lavi secara bergantian.