"Hai ciwiers ...." sapa si gadis berbulu mata lentik, yang kalau senyum bisa menghipnotis siapapun yang memandang.
"Hai, Kana. Sini, yuk duduk." Lavi memberikan isyarat kepada Kana agar duduk di kantin—tepatnya di sebuah meja yang sudah menjadi langganan kami.
"Eh, tau enggak? Ada gosip terbaru loh," celetuk Kana langsung to the point.
"What's that?" tanyaku padanya.
"Ternyata, kakak kelas kita yang kelas 12 pada ganteng-ganteng semua." Kana menceritakan dengan penuh antusias.
"What??? Lalu hubungannya sama kita apa Kana?" tanyaku sedikit terkejut dan tidak paham akan ucapannya.
"Hahaha, lemesin dulu Non. Kayaknya otak kamu udah penuh sama rumus-rumus Fisika. Hahaha," ujar Kana dengan nada bercanda.
"Hohoho, oke. Hmmm, maksudnya kakak kelas ganteng tuh apa? Apa kaitannya dengan kita?" Kali ini aku benar-benar ingin Kana menceritakan dengan sepenuhnya.
"Hufftt ... Oke. Kana cerita ya, singkat aja kok." Kana pun membenarkan posisi duduknya dan menyambar susu hangat yang tengah aku genggam.
Maklum, namanya juga Kana Meera. Dia mah no jaga image banget, asalkan tetap di batas wajar.
"Noni, Lavi. Kita kan udah kelas 10. Apalagi sudah resmi jadi anak SMA. Ini kesempatan kita buat melukis sejarah. Aku percaya kalau di antara kita bertiga, pasti ada yang berjodoh dengan alumni SMA Triangulum ini." Kana menjelaskan tanpa ada jeda.
"Tadi kamu bilang kelas 12, terus sekarang alumni. Mana yang benar?" sahut Lavi yang sepertinya tertarik.
"Oh, hmmm. Keduanya aja dah. Hahaha," jelas Kana secara objektif.
"Wait, kok aku enggak tertarik ya ... Hohoho, maklum—kan aku masih polos." Aku mencari alasan supaya Kana tak melanjutkannya lagi.
"Enggak ada—masih polos atau enggak. Namanya juga belajar. Haha. Coba aja dulu Non, seru kok." Kana memberikan saran seakan sudah seperti penasihat kondang.
"Wah! Benar tuh. Kali ini aku juga setuju sama Kana. Mmm, bukannya kamu suka mencicip. Nah, sekarang naik tingkat Non. Ke yang lebih berdampak gitu sama kehidupan kita." Lavi menyahut sangat antusias.
Ah, mereka berdua udah kayak penasaran banget sama dunia percintaan.
"Kalau ditanya alasannya, aku akan jawab gini. Kita ini kan sudah menjadi anak SMA. Wajib banget enggak sih, coba hal baru yang sebelumnya belum terlewati. Ya maksudnya juga ngelatih diri kita—mengenai hal yang seperti ini apa aku bisa melewati dan juga apa aku bisa menjalani dengan senang hati." Lavi berucap seperti halnya orang yang membaca narasi tentang kata hati. Hihihi.
"Yups, pun juga mencakup tentang asmara. Ya meskipun aku udah berkali-kali sih. Hihihi," sambung Kana memperkuat alasan persetujuan dengan Lavi.
Aku menimbang ulang ucapannya. Apa aku juga ikut mereka? Aku enggak secantik Kana dan sepintar Lavi. Mana bisa aku dapatkan satu orang pria untuk aku cinta?
"Emang harus pria ya?" tanyaku memastikan.
"Noni! Wkwkwk. Are you ...." sela Lavi penasaran.
"No! Gila kali ya. Jangan sampai! Eh maksud aku. Mmm, itu siraman kalbu dari Lavi tadi apa harus tertuju pada lawan jenis kita? Hohoho," jawabku mengasal.
Tiba-tiba saja Kana dan Lavi mendekatkan keningnya kepada keningku dengan jarak 20 cm.
"Eh, kenapa kalian?" tanyaku sembari menarik kepala sejauh 10 cm ke belakang.
"Ini juga misi kita bertiga! Titik." Kana tetap menjunjung ide yang dianggap brilian tersebut.
"Hufffttt ... Manut wae lah aku, tinimbang kenek senggrenganmu." Aku menjawab dengan sangat pasrah.
"Oke, berhubung kalian udah setuju. Aku lanjut nih," ucap Kana sembari membenarkan posisi duduknya.
"Jadi, ada kakak kelas kita yang cukup populer di sekolah. Dia kelas 12, katanya sih masih jomblo. Jurusan IPS. Mantan ketua basket. Ser ...." Ucapan Kana tertindas oleh sahutan Lavi.
"Mau promosi barang apa manusia?" Lavi menyahut dengan wajah yang setengah kecewa dan sedikit penasaran.
Hahaha, aku tertawa sendiri melihat mereka berdua seperti itu. Kana mah udah sering review or promote any substances. Logat bahasanya udah terbawa dengan kesehariannya.
"Hahaa, lucu. Eh, terus ada fotonya enggak? Or instagram maybe?" tanyaku mengalihkan perdebatan mereka.
"Oh, tentu ada. Dia follow aku sih, cuma aku enggak follback dia. Hihihi, enaknya di follback apa enggak ya?" ucapnya yang menjurus bahwa si kakak kelas ini akan jadi sasarannya.