Paintease

Delima Ami
Chapter #33

As Like as Bistatic Radar

Tiga bulan sudah aku menjalani terapi untuk menghilangkan trauma yang kualami. Selain itu, statusku juga sudah bukan si junior lagi—lebih cocok dipanggil mbak-mbak karena sudah paling senior di antara adik kelas lainnya. Ya! Waktu memang terasa cepat berlalu, aku sangat berharap di kelas 12 yang terbilang menegangkan ini—supaya mampu berakhir dengan keindahan yang memuaskan.

Pagi ini, aku berangkat lebih awal. Ya, biar lebih semangat aja untuk menjalani hari-hari yang tak terduga—katanya di kelas 12 ini cukup mengejutkan mental. Hahaha, kata mas Setya sih gitu. Aku yang waktu itu cuma jawab 'iya', 'oalah', 'oke', dan lain sebagainya pun kini tidak hanya tertegun kata saja, melainkan tertantang untuk melawannya dan menaklukkan sebisa mungkin.

Because, everyone is their own best hero. Tidak mungkin bila setiap dari kita—tidak ingin membanggakan diri untuk menjadi manusia yang punya harga. Kalau yang barusan, kata dari kak Aba sih. Hohoho, ternyata yang lebih tua kalau ada pengalaman dalam hidup selalu jago buat kata-kata bijak ya. Salut deh!

Tiba-tiba saja, ada sebuah chat masuk di whatsapp-ku.

 

Mas Setya: Hoi.

Noni Dhaf: Hallo.

Mas Setya: Pagi, udah di kelas?

Noni Dhaf: Pagi juga, udah kok Mas.

Mas Setya: Gadis pintar. Mas lagi di luar kota, tetap kasih kabar ke mas ya.

 

Apa? Mas Setya di luar kota? Hmmm, dia kan seharusnya ada kuliah.

 

Mas Setya: Jangan sedih dong, mas di sini lagi ada proyek. Kemungkinan selama 3 minggu.

 

Tuh kan, aku salut sih sebenarnya sama dia. Dia di SMA aja jurusan IPS, bisa-bisanya lulus malah jadi anak Teknik Informatika. Kira-kira aku bakal lintas jurusan enggak ya? Enggak! Aku kan mau jadi astronot. Kayak si Nautis. Aku juga suka sama Fisika. Hmmm, tapi apa aku siap? Apa ibu dan ayah mengizinkanku? Agak gila sih aku, punya cita-cita yang enggak mengarah ke realistis malah membuat diri makin histeris. Tapi ya dicoba aja, ambil jurusan yang satu lini. Kayaknya ambil Astronomi lebih keren deh—masih berbau IPA.

 

 

Mas Setya: Udah pelajaran ya?

 

Chat dari mas Setya pun masih belum terbalas. Kenapa mas Setya begitu antusias memberi kabar dan sangat ingin mendapatkan kabar? Ya mungkin karena kita sering bersama, jadi kalau jauh dikit udah enggak betah untuk tidak berkomunikasi.

Tapi kali ini berbeda, seperti aku yang sedang menahan sesuatu yang aku belum tahu. Ah, mana mungkin aku ada rasa sama mas Setya? Dia tentunya juga punya pacar. Dia kan udah aku anggap kayak kak Aba dan kak Ari. Jadi aku enggak perlu mikir yang aneh-aneh.

 

Mas Setya is calling ...

 

"Loh? mas Setya panggil aku?" ucapku spontan.

Saat itu Lavi juga baru saja tiba dan mendengarkan apa yang aku ucapkan.

"Angkat aja Non, siapa tau dia lagi butuh sesuatu."

"Hmmm, iya deh."

Setelah mengiakan saran dari Lavi, aku segera menerima panggilan tersebut.

 

"Halo, kenapa Mas Setya?"

"Kok kenapa, berarti ini belum ada guru kan ya?"

"Iya Mas. Ada apa?"

"Hoho, enggak ada apa-apa sih. Mas pengin aja dengar suara kamu."

"Mas Setya di mana sekarang?"

"Mas sekarang lagi di suatu tempat yang indah banget,

tetapi keindahan yang mas rasa tetap aja kurang. Kamu penasaran sama tempatnya?"

"Di mana sih Mas? Di Jawa Barat ya? Apa Jawa Tengah?"

"Net ... Not ... salah, hahaha."

"Ih, Mas Setya bikin Noni penasaran deh."

"Makanya, kalau mas chat itu dibalas. Itu tadi mas tanya ke kamu udah tiga kali

tetap enggak ada jawaban. Udah kayak soal ujian yang sulit ajadilewati. Hahaha."

"Mas Setya loh. Hehehe. Di mana pun Mas Setya saat ini, jangan lupa untuk

isi tenaga dengan benar. Kerja ya kerja tapi jangan lupa bahagiain diri juga.

Biar kalau balik ke kota sini, Mas tetap bisa main sama Noni. Hihi."

"Emang, selama ini kita main gitu ya? Hahaha, kan udah gede Non."

"Iya kan, emangnya kata 'main' hanya dipakai untuk anak-anak kecil saja?

Yang udah gede juga masih bisa kok."

"Enggak, menurut akuselama ini kita enggak main kok. Tapi ...."

"Tapi apa Mas?"

"Eh, udah dulu ya. Senior mas lagi ajak mas buat observasi.

Nanti kita lanjut lagi ya, semangat sekolahnya Noni."

Lihat selengkapnya