"Noni, aku udah di depan rumah kamu nih."
"Oh, oke. Aku keluar."
"Jangan lupa bawa helm."
"Siap Ibu negara! Hahaha."
Aku mengakhiri panggilan dari Lavi, kemudian memakai helm dan berpamitan kepada ibu.
"Ibu, Noni pergi dulu ya."
"Loh, langsung pergi? Lavi enggak di ajak sarapan dulu?"
"Enggak Bu, nanti juga akan makan kok di sana."
"Oh iya, sebentar. Ini ada dua porsi roti bakar sama salad buah. Di makan sama Lavi ya, Nak."
"Wah! Ibu memang siap sedia banget. Terima kasih Ibu, Noni pamit dulu ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam Warahmatullah Wabarakaatuh."
Aku membuka gerbang rumah dan segera naik, serta duduk di belakang Lavi—sembari menenteng bekal yang sudah disiapkan oleh ibu tercinta.
"Rajin amat ini bocah ya?"
"Hehe, maaf anda salah paham. Ini Ibu aku yang siapkan."
"Waduh, repot-repot banget sih Non."
"Biasalah, naluri mak memang begini," ucapku sembari mengangkatnya setinggi pundak Lavi.
"Ya udah, enggak ada yang ketinggalan kan?"
"Enggak dong. Aman!"
"Oke, meluncur ...."
Lavi melajukan motor dan membawaku menuju ke surganya kota Jombang—kecamatan Wonosalam. Ya, selama kurang lebih 12 tahun tinggal di kota yang terkenal dengan Kota Santri ini—aku belum pernah sama sekali bertamasya ke kecamatan ini. Mengapa disebut sebagai surganya kota Jombang? Ya, semua pemandangan seperti perbukitan atau pegunungan dan juga air terjun yang terkenal begitu sejuk bagi para pengunjung wisata, selain itu banyaknya hutan yang masih sangat hijau—yang kemudian beberapa hutan tersebut dijadikan tempat wisata yang wajib dikunjungi jika sedang singgah di sana. Eits, tapi kalau mau ke pantai—sepertinya harus menuju ke luar kota dahulu. Karena di kota ini sangat jauh dari pantai ataupun laut. Ya, paling tidak kota ini dihimpit oleh sungai-sungai saja—salah satunya yaitu Sungai Berantas.
"By the way, aku enggak tau rute perjalanannya loh."
"Tenang aja Non, kan ada google maps. Kamu yang kasih tau petunjuknya ya!"
"Hah? Aku?"
"Ya masa aku juga Non. Nanti enggak bisa konsentrasi. Oke?"
"Hmmm, oke deh. Nanti kalau nyasar—jangan menghardik aku ya. Hahaha"
Ada dua tujuan lokasi yang akan kami kunjungi. Sebelumnya di antara aku dan Lavi telah berdebat tiga hari tiga malam karena masalah kunjungan tempat wisata ini. Hahaha, ya maklum. Terlalu banyak wisata yang tidak mungkin semua bisa kami kunjungi dalam satu hari. Jadi, kami berdua sepakat untuk memilih dua saja.
Aku memilih De Durian Park yang terkenal banyak pohon duriannya sekaligus bisa langsung memilih buahnya dari pohon durian tersebut. Apalagi di bulan ketiga ini, memang waktu yang tepat untuk berburu buah durian. Untungnya, Lavi juga suka dengan buah ini—jadi, lokasi pilihanku lulus seleksi dan langsung menjadi kandidat wisata tujuan.
Kedua, Lavi tidak ingin melewatkan waktu saat berada di dataran tinggi ini. Jadi, dia memilih hutan pinus Wonosalam yang memang dari hasil penelusuran kami berdua—pemandangannya cukup menawan.
Tujuan pertama kita yaitu ke hutan pinus. Jalanan yang sedikit lika-liku ini terkesan sangat sejuk dan sedikit membuatku pusing. Sepanjang jalan kami bersenandung ria dan berdoa—agar tidak tersesat di jalan yang berbeda.
"Yok, semangat habis ini sampai."
"Nempel banget kamu Non. Hahaha, jangan sampai tertidur loh ya."
"Hoo, ya enggak bisa aku tidur di jalan kayak gini."
Tiba-tiba aku teringat pada waktu masih Taman Kanak-kanak, saat berangkat pagi bersama ayah dan kedua kakakku. Aku lah yang paling mudah tertidur karena angin jalanan yang begitu sopan menidurkanku.
"Yakin?"
"Yakin dong, kalau enggak yakin ‘kan nanti dihardik sama Lavi. Hihihi."
Tiga puluh menit kemudian, kami pun tiba di hutan pinus. Seperti biasa, kami langsung memarkir motor dan membeli tiket masuk.
"Woah! Pilihan Lavi emang rancak banget."
"Tentu dong."
"Yuk ah, kita jalan dan mengelilingi hutan ini. Sembari menyegarkan pikiran dan membangkitkan semangat yang pernah pudar."
"MARKIJAL!"
Aku dan Lavi singgah di gazebo untuk menghabiskan bekal yang sudah disiapkan ibu sedari pagi. Sembari memandang pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi, aku berinisiatif untuk siaran langsung di instagram pribadiku.
"Salad buatan ibumu sangat lezat Non."
"Tentu dong. Halo teman-temannya Noni. Udah sarapan belum nih?"
Lavi mengernyitkan dahi dan mengintip layar ponselku—dia pun turut serta menyapa warga instagram yang bergabung dalam live-ku.
"Hai kawan, kita berdua lagi ada di hutan. Hutan apa namanya Non?"