Pagi ini, aku menghabiskan waktu untuk di rumah saja. Masih dengan misi untuk menuntaskan diri—yaitu dengan membaca buku. Ada beberapa waktu yang memang aku coba untuk pahami. Di usia yang tak akan lagi disebut sweet seventeen ini, aku ingin bertanya kepada diriku sendiri. Seperti; kamu ini siapa? Apa yang menjadikan dirimu untuk terus bertahan secara utuh? Sudah ada berapa hal kebaikan yang kamu tempuh? Dan, kamu hidup sebenarnya untuk apa?
Sebuah buku yang aku bawa pulang untuk sementara waktu ini sangat memberiku pelajaran yang begitu berharga. Ibaratnya kita sedang berpetualang dan ingin mencari kesenangan dengan menyusuri tempat-tempat yang semula tidak pernah kita temukan—bahkan prediksi yang berstatus asumsi semata pun akan tetap kalah daripada wujud fisiknya dalam realita. Lalu, di tengah perjalanan kita menemukan sebuah pertanda—kata orang yang sudah ahli adalah petunjuk yang istimewa. Kemudian kita ikuti alurnya dan akhirnya bertemu dengan sesuatu yang sangat berharga.
Aku sering menyebutnya sebagai harta karun. Kalau dalam versi diriku, ketika berkunjung di sebuah perpustakaan. Awalnya, aku hanya ingin melepas kepenatan untuk menghibur pikiran—ya setidaknya agar tidak kosong begitu saja. Lalu, di sana menemukan sebuah buku yang menarik untuk kubaca—ternyata, sangat ampuh untuk kujadikan sebagai bahan refleksi semata. Sekarang aku bertanya?
Hal apa sih yang membuat manusia makin terisi? Apakah dengan makanan yang kita konsumsi setiap hari? Apakah dengan pendapatan yang kita terima setiap bulannya? Atau, apakah dengan obrolan yang sama sekali tak bermakna sepenuhnya? Hmmm. Mungkin tidak dari semua yang kusebutkan.
"Buku adalah jendela dunia bagi hidupku. Buku adalah cakupan tentang semesta yang sudah ataupun belum sama sekali aku ketahui dari segi definisi maupun fungsinya. Buku merupakan tempat untuk berbagi rasa, asa, dan impian. Dengan adanya buku, aku jadi tahu tentang diriku, lingkungan sekitar, dan juga tentang visi-misi hidupku. Banyak dariku—dalam menjadi diriku sendiri pasti merupakan suatu hal yang tidak ringan untuk dilakukan dengan angan-angan. Seseorang mungkin akan berharap tentang suatu hal yang instan, tanpa mau untuk menemukan cara agar mampu meraih cita-citanya. Bahkan, cita-cita sendiri tidak akan tercapai bila mereka hanya mengandalkan ataupun bergantung pada hidup orang lain. Diri kita lah yang harus berani untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Dan, ada salah satu cara yang benar-benar hebat—yang mampu membuat kita percaya diri, bahkan mampu menjadi motivasi untuk diri kita agar bisa meraih cita-cita kita."
Aku menatap buku orange ini—yang kurasa saat ini adalah waktu yang tepat untuk menjadi diriku sendiri.
"Iya! Buku. Buku merupakan sahabat terbaik bagi hidupku—hingga nantinya mengantarkanku pada sebuah titik keberhasilan dalam meraih cita-cita. Ya, mungkin saat ini belum mampu kurasakan keberhasilan yang sesungguhnya, tetapi setelah membaca seperempat bagian dari buku ini—aku menyadari, bahwa tangga yang sempat aku naiki adalah bukan tangga yang mengantarkanku pada mimpi-mimpi."
Aku mencoba untuk membalikkan buku dan memandang pada bagian sampul belakang—menerjemahkan kalimat per kalimat dari sinopsis yang telah tersemat.
"Bisa aku rasakan, betapa ajaibnya hidupku setelah aku membaca buku ini—tentang hal-hal yang sebelumnya aku tidak pernah tahu. Mungkin kalau aku sudah selesai membaca satu buku, dua buku, tiga buku, dan ratusan bahkan ribuan buku—akalku akan semakin terisi, begitu juga dengan pikiran yang semakin tumbuh akan kreasi dan inovasi."
Aku mencoba mengingat pesan-pesan yang telah disampaikan oleh si penulis—bapak Eric Barker, mengenai percaya pada diri sendiri. Tepat pada bab 5 yang isinya adalah daging-daging segar yang sangat bermanfaat bagi tubuh kita. Di salah satu pesannya yaitu—jangan menjadi sesuatu yang palsu. Di dalam diri kita, jangan pernah untuk menjadi pembohong bagi diri kita sendiri, karena pada dasarnya kita sendiri lah yang paling mudah untuk dibohongi.
"Buku merupakan wadah inspirasi untuk diriku, juga untuk hidupku. Tanpa buku, aku akan kekurangan cara untuk menjadi diriku sendiri di dalam hidup ini. Karena dengan membaca buku, kelak aku akan menjadi buku bagi orang lain. Karena bagiku, membaca buku tidaklah salah. Di sinilah akan kita temukan sebuah kebenaran. Membaca buku hari ini, aku mendapatkan inspirasi. Aku merasakan suatu hal yang memotivasi, lalu aku menemukan sebuah solusi, dan mewujudkan mimpi-mimpi. Karena buku, adalah teman setia sampai masa tua nanti."
Kubuka lembar terakhir pada bab 5—akhirnya tinggal satu bab lagi yang harus kubaca. Buku yang ringan untuk dibawa ke mana-mana. Setelah ini, aku harus membelinya untuk mampu kubawa pulang selamanya—menjadi buku yang dapat kupajang di meja belajar dan juga pesan-pesannya yang sebaiknya aku terapkan di kehidupan. Kepada Bapak Eric Barker, terima kasih dariku—sudah menerbitkan karya yang bermanfaat bagi para pembaca. Sehat selalu untuk Bapak dan sekeluarga.
***
"Tiga hari lagi kamu ulang tahun, mau hadiah yang seperti apa?"
"Yang bisa aku bawa ke mana-mana dan menjadi teman di kala rapuh dan kuatku."
"Hmmm, hatiku?"