Setelah beberapa hari dihajar untuk Latihan, kini tibalah pada hari perpisahan. Kulihat ruangan yang lebih luas daripada ruang kelas—yang biasanya aku kunjungi. Kini ukurannya seperti anak dari lapangan bola basket di luar aula ini. Tertata rapi kursi berwarna hijau yang masih kosong sebagian. Di muka aula, sebuah panggung terhias megah dipandang. Tanaman segar dipajang dengan wadahnya dan juga sekumpulan balon-balon yang bergelantung di atas.
Katanya ini perpisahan, tetapi mengapa seperti sebuah perayaan. Apa yang perlu disuguhkan? Wah! Kenapa aku berpikiran seperti ini. Aku kan mau tampil nanti. Aku mengenakan dress berwarna merah yang panjangnya di bawah lutut tanpa ada lengan, dengan rambut terurai yang tersemat dua buah jepit di bagian kanan dan kiri—sangat siap sekali untuk menampilkan persembahan yang telah kami siapkan dari jauh-jauh hari ini.
Hitungan jam pun usai—acara segera dimulai. Aku duduk di sebelah ibu. Penampilan pertama dari kelas Strawberry, mereka menyanyikan lagu himne Taman Kanak-kanak. Kemudian setelahnya acara-acara sambutan. Aku menunggu setengah tertidur. Hohoho, ternyata rasa gugupku bisa saja pudar karena kantuk yang tiba-tiba singgah. Aku berusaha untuk membuka mata. Menunggu waktunya kelas Semangka untuk tampil di muka.
Hingga tiba pada penampilan akhir dari kelas Strawberry. Aku pamit pada ibu untuk bersiap diri di balik panggung. Ibu mengiakan dan aku berlari kecil menuju pintu yang menghubungkan dengan sebuah ruangan untuk berkumpulnya para penampil. Berakhir sudah persembahan dari kelas Strawberry.
Para srikandi dari kelas Semangka bersiap untuk naik panggung sesuai intruksi ibu guru cantik. Kami akan catwalk di atas panggung. Huhuhu, aku sedikit malu. Vita mendahului kami semua, kemudian disusul Rara, Vio, Aku, beserta enam belas srikandi lainnya.
10 menit berada di atas panggung, kami pun turun bergantian. Setelah catwalk, tersambut dengan tarian-tarian. Kali ini aku tidak tampil. Hanya beberapa anak-anak pilihan. Di sana ada Dino yang merupakan salah satu penari. Dia terlihat lihai dan hampir saja aku pangling dibuatnya.
10 menit kemudian mereka turun, disusul dengan penampilan drama singkat. Lagi-lagi bukan aku juga yang tampil di depan. Hingga tibalah saat pertunjukan drama berakhir. Jantungku berdegup begitu cepat. Hohoho.
Aku pun naik di atas panggung. Lampu sorot mengikuti langkah kakiku. Di ujung sana, Naba pun sama sepertiku. Kami berjalan saling menuju dan akhirnya bertemu. Pak Organ memulai, kini instrumental berbunyi untuk menyambut suara-suara mungil kami berdua.
(Intro)
Irdham temanku Irdham