Paintease

Delima Ami
Chapter #26

Air Plane Mode-on

Tiga bulan sudah aku lewati pendidikan tingkat pertama di SMA Triangulum. Dan baru saja aku selesai melewati ujian tengah semester selama dua minggu. Kini, aku bersama Kana dan Lavi akan menghabiskan waktu untuk bermain di game center, Linggajati Plaza Jombang. Mall yang bertempat di jalan Wahid Hasyim. Tempatnya cukup strategis—dekat dengan ikon kota yang menjadi tempatku bertumbuh hingga pada detik ini.

"Hai ciwiers ...."

Kana mengejutkan aku dan Lavi, yang tengah mendiskusikan jawaban soal fisika—yang masih menjadi perdebatan di antara kami.

"Eh, Kana. Untung aku terlatih dari kejutanmu. Hahaha," sahutku lesu.

"Ih, kamu ketawa tapi wajahmu kusut banget. Ini juga, Lavi. Malah kayak kuas make up yang enggak pernah dicuci dah." Kana memperhatikan raut muka kami berdua.

Aku dan Lavi sengaja tak langsung menjawab dengan lisan, tetapi kami malah menunjukkan dua lembar kertas buram yang berisikan coretan perhitungan.

"So?" Kana mendesak karena tak paham.

Kemudian ia mendekatkan sepasang mata lentiknya kepada dua helai kertas buram. Di antara kami bertiga, kuakui Kana memang paling jeli terhadap sesuatu. Kami sering menjulukinya dengan sebutan, 'ratu peka'. Hahaha, unik dan paling langka di antara teman perempuan yang pernah aku temukan.

"Jadi, jawabannya apa dong?" komentarnya dengan melontarkan sebuah tanya.

"Kita pun bingung. Hiks. Hiks," sahut Lavi dengan kelu.

"It's okey. Ada dua kemungkinan. Di antara kalian pasti akan ada jawaban yang benar dan salah. Kemudian, di antara kedua jawaban kalian yang berbeda—ya mungkin opsi lainnya lah yang benar. Jehehehe," hibur Kana menenangkan kegelisahanku dan Lavi.

Ucapan Kana masih kami sambut dengan tatapan kosong. Hahaha, sepertinya gara-gara satu soal ini—hidup sudah seperti aku melakukan kesalahan yang cukup fatal. Duh, lebaynya kelewatan.

"Udah dong gelisahnya, gini aja. Pas ada pelajaran Fisika tuh, kalian coba tanya ke bapaknya. Jawaban yang benar apa. Nanti kan bisa buat bahan evaluasi hihihi. Udah yuk, katanya mau ke Mall."

Seketika kami ingat perjanjian kami sebelum ujian tengah semester. Hohoho, janji untuk melepaskan kepenatan.

"Ya udah, ayo tancap gas!" teriak Lavi seakan lupa pada soal Fisika.

***

"Eh, bentar." Aku menghentikan langkah tepat setelah kami memarkir motor di parkiran mall.

"Ada apa? Ada barang yang tertinggal kah di sekolah?" tanya Lavi dengan cemas.

"Eng, enggak. Ini kan kita pakai seragam sekolah. Kalian pada bawa baju ganti, kan?" jelasku mengingat peraturan baru bagi pengunjung mall.

"Bawa kok." Kana dan Lavi menjawab bersamaan.

"Sip! Ke toilet dulu yuk. Ntar enggak boleh masuk gimana? Hahaha," anjurku mencari jalan aman.

Kami bertiga berbelok ke sebuah toilet untuk berganti baju.

Lihat selengkapnya