Meski telah cukup menghasilkan uang hanya dengan bekerja dari rumah, Renata masih ingat beberapa orang yang berjasa padanya seperti Gita dan beberapa teman onlinenya yang bekerja di bidang yang sama dan kurir yang sering datang mengantar ke rumah Renata beberapa kali dalam sehari.
Melihat kurir, Renata teringat akan masa lalunya yang bekerja penuh dengan tekanan. Jadi … Renata berbaik hati kepada mereka, memberikan semangat melalui pemberian kecil seperti makanan dan minuman. Di antara kurir yang sering datang mengantar paket untuk Renata ada dua kurir yang akrab dengan Renata. Pertama kurir makanan cepat saji yang sekarang ganti ke kurir keranjang kuning, Guntur. Pertemuan Renata dan Guntur pada awalanya terkesan cukup klise.
Setengah tahun yang lalu, Renata yang sedang memesan makanan cepat saji kebetulan harus membuang sampah di rumahnya. Jadi sekalian menunggu makanannya datang, Renata keluar membuang sampahnya.
“Ehhh, ehhhh, Mas!!! Gimana sih??? Ini makanan saya kok belepotan gini sih??”
“Maaf, Bu! Tapi itu tadi dari sananya sudah begitu, Bu!!”
“Nggak mungkin lah resto ngasih makanan belepotan begini!! Saya nggak mau bayar!! Apaan sih ini?? Sapa yang mau makan kalo nggak gini??”
Dari teras rumah di mana Renata menunggu, Renata mendengar suara tetangganya yang sedang mengeluh, mengomel dengan suara yang cukup kencang. Ada apa sih?? Sampe segitunya. Renata yang merasa penasaran, akhirnya berjalan menuju ke arah pagar dan mengintip sedikit ke arah suara di mana tetangganya mengomel. Kebetulan tetangga yang mengomel berada tepat di depan rumah Renata.
“Tapi Bu, tolong jangan gini, Bu!! Makanan ini cukup mahal, saya mungkin sudah salah, tapi tolong jangan gini, Bu! Saya mohon maaf sekali, Bu!”
“Eh, eh salah siapa ini?? Mas aja yang bawanya nggak hati-hati, gitu nyalahin restonya sih!! Mau saya kasih satu bintang, biar Mas nggak bisa jadi kurir lagi??”
Walah Bu Nana lagi nggak mood kayaknya!! Renata kenal baik dengan Bu Nana. Tetangga tepat di depan rumahnya itu terkenal angin-anginan: kadang bisa baik sekali, kadang juga bisa sangat ngeselin. Kalo udah kenal sih, orang-orang akan biasa. Tapi … kalo belum kenal, mungkin orang akan tersinggung dengan ucapan Bu Nana yang kadang bener-bener ngeselin sampa ke ulu hati.
“Tolong jangan, Bu!!”
“Ya udah! Sana pergi dah, Mas! Saya udah nggak mood lagi buat makan karena lihat Mas!!”
Renata yang melihat kejadian itu dari dalam pagar rumahnya melihat ke arah motor kurir itu dan menemukan jika bungkusan makanan yang dibawanya bukan cuma satu. Renata menduga Bu Nana memesan makanan dari tempat yang sama dengannya hari ini. Dan tidak sampai satu menit, Renata membuktikan dugaannya karena kurir itu mengambil bungkusan yang lain lalu berjalan ke arah rumah Renata.
“Mbak Renata??” Kurir itu memasang wajah sedikit lesu karena Bu Nana.
“Ya, saya, Mas.”
“Ini Mbak pesanan makanannya.” Kurir itu menyerahkan bungkusan makanan yang dibawanya dari motornya ke arah Renata.
“Makasih, Mas.” Renata hendak menerima bungkusan makanannya dan berniat membayar uang pembelian makanan yang telah disiapkannya di saku jaketnya, Mata Renata berhenti ketika melihat nama dari kurir yang terpasang di seragamnya: Guntur. “Bu di depan tadi pesan apa, Mas? Apa pesanannya sama dengan punya saya?”