Palung Mariana

Nisya Nur Anisya
Chapter #3

RENJANA

Tidak terasa, ternyata sudah pukul 22.00. Meskipun pelanggan di dalam coffee shop masih lumayan banyak, aku berjalan menuju pintu keluar untuk memasang tulisan "Close" di pintu dan kembali ke dapur untuk membantu para karyawan membersihkan peralatan coffee shop. Satu per satu pelanggan mulai keluar, dan para anggota live music pun sudah mulai merapikan peralatan musiknya. Anggota live music tersebut berjalan ke arahku dan berpamitan.

"Kak Riana, kami pulang duluan ya," pamit salah satu anggota live music sambil tersenyum dan menggendong gitar di punggungnya.

"Oke, terima kasih atas kerja keras kalian hari ini ya. Hati-hati di jalan dan selamat beristirahat," jawabku tersenyum ramah ke arah mereka.

Mereka tersenyum dan mengangkat jempol kanan. Perlahan, anggota live music sudah mulai tidak terlihat. Aku membuka celemek dan menggantungnya didekat kulkas.

"Teman-teman, apa udah selesai semuanya?"

"Udah, Kak," jawab kelima karyawanku kompak.

"Ya sudah, kalau gitu, ayo kita pulang. Terima kasih untuk kerja keras kalian hari ini ya. Selamat beristirahat semuanya."

"Terima kasih juga, Kak. Selamat beristirahat," jawab kelima karyawanku serempak.

Kami berenam pun meninggalkan coffee shop. Aku dan Kevin berjalan menuju Mini Cooper hijau telor asin-ya, itu adalah mobil kesayangannya Kevin. Saat kami berdua akan masuk ke dalam mobil, tiba-tiba saja Kevin menunjukkan raut wajah panik.

"Kak, HP aku ketinggalan di dalam," ujarnya panik.

Aku menatap Kevin tajam beberapa detik. Wajah panik Kevin kini berubah menjadi senyum masam. Aku merogoh kunci kafe di dalam tasku dan memberikannya kepada Kevin.

"Bentar ya, Kak. Jangan ke mana-mana, tunggu di sini."

"Iya," ujarku malas.

Aku berdiri bersandar di kap mobil sambil menunggu Kevin mengambil ponselnya yang tertinggal di kafe. Saat aku sedang memainkan ponsel, tiba-tiba seorang pria berjalan mendekat dan menyeberang. Aku menatap pria tersebut-ya, pria yang tidak asing lagi di mataku. Pria itu adalah Azhim. Aku segera memasukkan ponsel ke dalam saku celana dan berjalan mengikutinya.

Aku menyeberangi jalan raya melalui zebra cross. Saat berada di tengah jalan, sosok pria itu tiba-tiba menghilang, dan beberapa mobil membunyikan klakson, menggema dijalanan kota Jakarta. Lampu mobil berwarna putih menyoroti wajahku, membuatku tersadar dari lamunan. Aku menoleh dengan wajah datar ke arah mobil yang kini melaju tepat di depanku.

Lihat selengkapnya