Mobil hitam milik Kang In berhenti di depan gerbang rumahku, dia turun dari mobil dan berjalan menujuku, kemudian membukakan pintu mobil, aku keluar dari mobil Kang In, kita berdua jalan menuju gerbang, Kang In membuka gerbang, pintu gerbang terbuka kemudian kami masuk ke dalam.
Kang In sudah beberapa kali mengetuk pintu namun tidak ada jawaban dari kak Andraste, bahkan dia sudah beberapa kali memanggil kak Andraste, namun tetap saja tidak ada jawaban.
Beberapa detik Kang In terdiam, kak Andraste yang akan pergi untuk membukakan pintu, tiba-tiba saja tidak sengaja menyenggol gelas yang berada diujung meja makan, kemudian terjatuh ke lantai, seketika wajah Kang In berubah menjadi panik saat mendengar suara tersebut, berbeda halnya denganku yang menatap kosong daun pintu, Kang In mengalihkan pandangannya ke arahku kemudian kembali menatap daun pintu.
Tanpa berpikir panjang, Kang In langsung mendobrak pintu rumahku, mungkin yang ada dipikirannya saat ini, sesuatu sedang terjadi kepada kak Andraste, pintu terbuka, dia langsung menarikku masuk ke dalam rumah.
"Hyeong!" teriak Kang In masih menggenggam tanganku.
"Hyeong eodiseyo? Hyeong," lanjutnya dengan wajah panik.
Langkahku dan Kang In berhenti di dapur, aku menatap datar kak Andraste yang kini sedang berdiri menatap bingung kami berdua.
"Hyeong gwaenchanh-ayo?" tanya Kang In dengan wajahnya yang masih panik.
"O," kak Andraste mengangguk sambil menatap bingung Kang In.
Kang In menghembuskan napas lega, namun saat dirinya melihat pecahan gelas dilantai, tiba-tiba saja napasnya berubah menjadi cepat, dengan wajah yang kembali panik dan melepaskan genggamannya dari tanganku, dia menutup matanya beberapa menit, kepalanya mulai terasa pusing, kak Andraste yang menyadari hal tersebut, mencoba menyadarkan Kang In.
"Kang In-a."
"Ye?" tanyanya terkejut dan membuka matanya.
"Kamu kenapa?"
"Aku tidak apa-apa hyeong," ujarnya mencoba menenangkan diri.
"Aaaahhh oke. Riana kenapa?" tanya kak Andraste yang kini menatapku.
"Aku juga tidak tahu hyeong, tadi aku tidak sengaja bertemu Riana di taman, namun sikapnya seperti orang yang ketakutan."
"Oh oke, kalau gitu hyeong bawa Riana ke kamar dulu ya, kamu tunggu di ruang tamu," ujar kak Andraste tersenyum menatap Kang In.
"Aaa hyeong aku langsung pamit pulang saja."
"Oh oke, makasih ya udah anterin Riana, hati-hati di jalan."
"Ne, aaa hyeong."
"Ya?"
"Jangan sampai terluka," dia tersenyum simpul, kemudian pergi meninggalkan rumahku.
Wajah kak Andraste beberapa detik terlihat bingung karena ucapan terakhir Kang In, sebelum akhirnya berubah menjadi senyuman lebar sambil menggelengkan kepalanya, pandangannya yang semula terpaku kepada Kang In, kini beralih menatapku dengan raut wajah sedih.