Tidak terasa ternyata sudah 4 jam aku dan Eira berada di perpusnas dan hanya memandang gedung-gedung kota Jakarta dari lantai 24. Aku menatap jam yang melingkari tangan kananku, ternyata jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Aku mengubah posisi dudukku yang sekarang menghadap ke arah Eira.
"Ra, lo masih mau di sini atau pulang?" tanyaku menatap Eira.
"Balik aja yuk, gue takut kemaleman, soalnya macet banget pasti jalanan."
Aku mengangguk, kami berdua berjalan menuju keluar gerbang perpusnas, setibanya di gebang, aku menarik tangan Eira yang sudah berjalan dua langkah mendahuluiku, Eira menghentikan langkahnya dan menoleh ke arahku.
"Kenapa?" tanya Eira bingung.
"Gue pulangnya naek tj aja ya, soalnya mau ke kafe dulu, jadi lo langsung pulang ke rumah aja," jawabku tersenyum menatap Eira.
"Beneran gak apa-apa lo naek tj sendiri?" tanya Eira khawatir.
"Iya gak apa-apa, udah lo tenang aja, gak usah khawatir," ujarku mencoba meyakinkan Eira.
"Yaudah kalau gitu, tapi nanti kalau udah sampe kafe kabarin ya," ujar Eira tersenyum.
"Iyaaaa, tuan putri, yaudah yuk nyebrang mumpung lampunya merah."
Eira mengangguk, kami berdua pun menyebrang, setibanya di halte Balai Kota, kami berdua berpisah, aku yang masuk ke dalam halte, sedangkan Eira kembali menyebrang untuk menuju parkiran monas dan menunggu grabbike.
"Bye Ri, hati-hati ya," ujar Eira tersenyum sambil melambaikan tangannya.
"Iyaa, lo juga hati-hati," balasku tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah Eira.
Setelah wanita itu menjauh dariku, aku mengambil kartu tj dari dalam tas dan kembali berjalan menuju halte, kemudian melakukan tap in untuk masuk ke dalam halte.
Langkahku langsung berjalan menuju koridor A dan menunggu transjakata selama 4 menit, terlihat sudah banyak sekali orang yang menunggu di depanku, untuk naik transjakarta yang sama denganku.
Aku mengeluarkan headphone dari dalam tasku dan memakainya, setelah headphone terpasang, aku merogoh ponsel dari saku celanaku, kemudian memutar lagu BTS dan menyimpannya kembali ke dalam saku celana.
Empat menit kemudian, akhinya transjakarta tersebut tiba, satu persatu para penumpang masuk ke dalam transjakarta, begitupun denganku, sepanjang mata memandang, dari belakang hingga depan, tidak ada satu pun bangku kosong, semua sudah terisi penuh, jangankan bangku kosong, jarak antara penumpang lain yang berdiripun tidak ada, mau tidak mau, akhirnya aku pun berdiri di dekat pintu.
Butuh waktu satu jam setengah untuk tiba di kafe, sepanjang perjalanan aku melihat hampir semua penumpang transjakarta didominasi oleh kaum wanita, dan mereka semua adalah pekerja, beberapa dari mereka sibuk dengan ponselnya masing-masing, sedangkan beberapa lainnya ada yang tidur dan menatap jalan raya.
Tiba-tiba ponselku berbunyi, aku merogoh ponsel tersebut dari saku celana, kutatap layar tersebut, ternyata satu pesan dari Kevin.
Kevin
Kak, hari ini ke kafe gak?
Riana
Iya, tapi telat, paling jam 7 an sampe
Kevin
Oke
Setelah membalas pesan dari Kevin, aku pun memasukkan kembali ponsel ke dalam saku celanaku. Satu jam kemudian, transajakarta sudah mulai sepi, dan akhirnya aku mendapatkan tempat duduk di dekat pintu, aku pun berjalan menuju bangku kosong tersebut, perlahan mataku mulai tertutup, lagu masih terputar indah melalui headphone ku, sedangkan tangan memeluk erat tas. Lumayan, setengah jam aku bisa tidur terlebih dahulu.
"Rey, kak Kirana belum dateng?" tanya Kevin cemas.
"Belum Vin."
"Aduh tuh anak mana ya, lama banget, mana ujan deres lagi."
"Coba lo telephon Vin."
Kevin merogoh ponsel di saku celananya dan meneleponku. Ponsel berdering dari saku celanaku, namun aku tidak memedulikan panggilan telepon tersebut, sampai akhirnya panggilan telepon tersebut mati dengan sendirinya.
Hujan masih turun dengan deras, dan aku masih tertidur dengan lelap, satu persatu penumpang mulai turun dan hanya menyisakan lima orang penumpang termasuk aku, aku terbangun dari tidurku setelah mendengar pengumuman pemberhentian halte selanjutnya, transjakarta berhenti di sebrang kafe ku, aku berjalan ke ruang kemudi, untuk turun dari transjakarta.
"Terima kasih ya pak," ujarku tersenyum kepada supir dan kondektur transjakarta tersebut, kemudian turun dari transjakarta.
"Iya sama-sama," ujar supir dan kondektur bersamaan.
"Hati-hati kak licin," lanjut kondektur tersebut.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum, transjakarta pun pergi, begitu pun denganku yang jalan menyebrang menuju kafe menerobos derasnya hujan. Saat aku masuk ke dalam kafe, semua pegawaiku yang berada di kasir dan yang sedang membawakan pesanan pelanggan, menoleh ke arah pintu secara bersamaan.
"Ya ampun kak, kenapa ujan-ujanan sih, kan bisa nelphon aku atau yang lain buat bawain payung," ujar Kevin panik, sambil jalan mendekatiku.
"Udah gak apa-apa, lagian juga gak terlalu basah. Yaudah kalau gitu, aku ke ruangan dulu ya," ujarku menepuk pelan pundak kanan Kevin.