Ketika aku sedang menyiram tanaman, ponselku berdering, aku merogohnya dari saku celana dan menatap layar tersebut, ternyata undangan grup dari kak Amanda.
Kak Amanda
Halo halo gaiss...
Ini group wa u/peserta kuis Gaspol RBTV ya gaess...
Ini gw buat u/Komunitas Film Jakarta (KFJ)
Sudah ada Riana @Riana dan Nia @~Kurnia🦋
Nah.. tinggal 2 org lagi cwek
Atau 1 cewek 1 cowok
Krn jumlah peserta total 4 org
Kalo Riana /Nia pnya kenalan anak KFJ dan mau ikutan kuis Gaspol lgsg di invite
kesini ya
Riana
Okay kak
~Kurnia🦋
Buat kpn kak?
Kak Amanda
Minggu depan
Setelah membalas pesan di grup, aku kembali memasukkan ponsel ke dalam saku celana, namun saat aku akan masuk ke dalam rumah, aku melihat seorang kurir berdiri di depan gerbang rumah Kang In, sambil sesekali memanggil nama pemilik rumah tersebut, namun sayangnya sang pemilik rumah tidak kunjung keluar untuk menemui kurir tersebut.
Aku yang merasa iba melihat kurir tersebut, akhirnya menghampirinya.
"Maaf bang, ada yang bisa saya bantu?" tanyaku dari arah belakang kurir tersebut.
"Oh iya kak, ini pemilik rumahnya kira-kira ada di dalam gak ya? Soalnya paketnya COD," jawabnya menoleh ke arah belakang.
"Memang totalnya berapa bang?"
"Rp. 98.000 kak."
Aku merogoh saku celana dan mengambil uang Rp. 100.000, kemudian memberikannya kepada kurir tersebut, uang diterima oleh sang kurir dan paket milik Kang In kini sudah berada ditanganku.
"Sebentar kak kembaliannya," ujarnya mengambil uang kembalian dari tas kecil yang melingkari pinggangnya.
"Nggak usah bang, kembaliannya ambil aja," sergahku cepat.
"Makasih ya kak," ucap kurir tersebut tersenyum bahagia.
"Iya sama-sama," jawabku tersenyum.
Kurir itu berjalan menuju motornya, kemudian menaikinya dan perlahan dirinya mulai menghilang dari pandanganku, aku menatap bingung rumah Kang In, karena satu jam yang lalu aku melihatnya masuk ke dalam rumahnnya dengan mata kepalaku sendiri.
Aku berjalan menuju gerbang, kubuka gerbang tersebut, dan ternyata gerbang itu tidak dikunci, aku masuk dan berjalan menuju pintu rumahnya, saat pintu tersebut kudorong, lagi lagi tidak dikunci, apakah sesuatu terjadi padanya, tidak mungkin sebuah rumah dibiarkan tidak dikunci dalam keadaan sudah malam seperti ini, aku berjalan perlahan masuk ke dalam rumahnya.
"Assalamu‘allaikum, Kang In-a," panggilku pelan.
Sebuah photo yang terpasang di dinding ruang tamu menghentikan langkahku beberapa detik, aku menatap photo tersebut lekat, apakah ini photo keluarganya? Tapi kenapa selama ini aku tidak pernah melihat orang lain di rumahnya? Apakah Kang In sengaja tinggal sendiri di rumah ini? Tapi kenapa? Apakah mereka bertengkar? Beberapa pertanyaan mulai bermunculan dikepalaku, sebelum lebih banyak lagi pertanyaan yang keluar dari kepalaku, aku segera kembali berjalan untuk mencari keberadaan Kang In.
"Kang In-a eodiseyo?"
Aku terus memanggil namanya beberapa kali, namun masih tidak ada sahutan dari pria itu, mataku kini tertuju pada tangga kecil yang mengarah ke satu ruangan, apakah itu kamarnya? Rasa penasaranku, akhirnya membawa langkahku menuju ruangan tersebut.
"Kang In-a," panggilku kembali.
"Yeogi," terdengar lirih seorang pria dari dalam ruangan tersebut.
Aku membuka perlahan pintu ruangan itu, saat pintu terbuka, seketika mataku membelalak melihat sosok pria menyebalkan tersebut sudah terbaring lemas di atas kasurnya dengan wajah pucat pasi, aku berjalan cepat ke arahnya, paket yang kupegang kini aku simpan di atas laci samping tempat tidurnya.
"Kamu kenapa?" tanyaku panik dan duduk di samping pria tersebut.
Telapak tanganku menyentuh dahi Lee Kang In, terasa panas menjalar menuju telapak tanganku. "Ya ampun badan kamu panas banget, kita ke rumah sakit ya."
Saat aku akan bangkit dari tempat dudukku, dengan sigap pria itu menahan tangan kiriku, alhasil membuatku kembali duduk di sampingnya.
"Aku baik-baik saja," ucapnya lemas.
"Gimana bisa kamu bilang baik-baik aja muka kamu aja pucet banget," ujarku panik dan sedikit meninggi.
"Aku cuma butuh istirahat, jadi tolong jangan bawa aku ke rumah sakit."