Palung Mariana

Nisya Nur Anisya
Chapter #28

GARWA

Perlahan mata sipitku mulai terbuka, aku menatap nanar dinding di depanku dan menggeliat beberapa detik, kemudian berjalan menuju jendela dan membukanya, tiba-tiba saja suara ponselku berbunyi, aku mengambil ponsel yang kini tergeletak di atas laci samping temapt tidur, kutatap layar tersebut, ternyata satu pesan dari Kevin, aku pun membukanya.

Kevin

Happy birth day kak Mariana, wish you

all the best, dan doaku yang paling utama

adalah semoga kakak sehat selalu dan

dapet beasiswa S2 tahun 2024

Riana

Ya ampun, asli aku aja gak inget

sekarang aku ultah dan ini hari

terakhir 2023 😂

Kevin

Bodo amat kak, aku udah gak kaget,

emang tiap tahun kek begitu kan😑

Riana

🤣

Oh iya vin, tolong handle kafe dulu ya,

aku akhir-akhir ini bakal jarang banget

ke kafe

Kevin

Iya kak santai aja, urusan kafe aman kok👍

Riana

👍makasih ya vin

Kevin

Iya kak sama-sama

Aku menaruh ponselku kembali, dan berjalan mendekati kalender yang terpasang di dinding samping meja belajar, ternyata benar, hari ini tanggal 31 Desember 2023, tapi kenapa ayah, bunda, kak Andraste dan juga Eira tidak mengucapkan selamat ulang tahun untukku? Apakah mereka juga lupa? Ya sudahlah, mau mereka mengucapkan atau tidak, kehidupanku akan sama saja tidak akan ada yang berubah, kecuali mimpiku terwujud.

Aku berjalan keluar kamar dan menuju kamar mandi, seperti biasa konser mini digelar saat memasuki kamar mandi, dengan lagu favorit Still With You – Jeon Jeong-Guk. Bagiku mereka lebih dari seorang idol, mereka merupakan seorang guru yang mengajarkan arti kehidupan untukku, perjalanannya meraih mimpi benar-benar membuatku kagum, mereka layak mendapatkan semuanya saat ini karena telah bekerja sangat keras.

Mungkin akan terdengar konyol saat aku mengatakan bahwa, aku merasakan cinta mereka untuk ARMY, namun memang kenyataannya seperti itu, meskipun kami belum saling bertemu satu sama lain, namun aku sudah merasakan cinta yang begitu tulus dari mereka. BTS yang sudah menjadi rumahku selama mentalku tidak stabil, membuatku bisa dengan bebas mengeluarkan semua keluh kesahku kepada mereka tanpa harus merasa dihakimi, bahkan lagu-lagu mereka menjadi pengganti obat yang diberikan oleh psikiaterku.

Selesai mandi, aku kembali ke kamar dan berjalan menuju laci dan mengambil ponselku, kemudian berjalan menuju meja belajar dan duduk. Mataku menatap lekat ponsel yang kugenggam saat ini, aku membuka Tiktok, saat aku sedang melihat video-video Taehyung di Tiktok, tiba-tiba saja satu pemikiran muncul dikepalaku.

Mungkin banyak dari ARMY yang menginginkan memiliki satu sosok orang yang seperti Taehyung dihidupnya, tapi lain halnya denganku, aku hanya ingin Tuhan membuat hatiku selembut dan setegar hati Taehyung.

Karena aku sadar untuk mendapatkan sosok seperti Taehyung itu sulit. Namun, meskipun aku mendapatkannya, pasti secara tidak sadar aku akan melukai hatinya, karena saat fase itu bertamu di jiwaku, akan banyak orang terdekatku yang terluka. Oleh karena itu, aku ingin Tuhan membuat hatiku selembut dan setegar hati Taehyung, agar tidak ada seorang pun yang terluka olehku.

Karena aku tahu bagaimana hancur dan sakitnya saat orang terdekat mencoba menyakiti kita. Secara fisik mungkin aku bisa sembuh, namun secara mental itu akan sulit untuk kuatasi, bahkan mencoba untuk terlihat kuat dihadapan orang-orang yang kusayang pun itu rasanya sangat melelahkan, tapi mau tidak mau hal tersebut harus kulakukan demi membuat mereka tidak merasa cemas dengan kondisiku.

Rasanya seperti terkurung disuatu rungan kecil dan gelap, kejadian buruk itu yang selalu membuatku takut, bagaimana bisa seseorang yang sangat terlihat baik seperti malaikat ternyata memiliki hati sejahat iblis. Tuhan, aku juga ingin terbebas dari luka dan trauma itu.

Mariana, kau wanita hebat yang kuat, tidak apa-apa jika kau lelah dan ingin mengeluh, karena itu merupakan bagian dari kehidupan. Kau lihat, betapa hebatnya dirimu bisa bertahan sampai sejauh ini, terima kasih Mariana karena sudah tetap hidup. Gumamku menyemangati diriku sendiri.

Ponselku berbunyi, aku menatap layar tersebut, ternyata satu pesan dari Veira.

Veira

Happy birth day mariana😘🎉🎂

wish you all the best for you, gue

harap lo selalu diberikan kebahagiaan

Riana

Amin ya Allah🤲makasih

ya ra doanya😘🤗

Selesai membalas pesan dari Veira, aku meletakkan ponselku di atas meja belajar, dan mengambil headphone di samping laptop dan memakainya, setelah headphone terpasang dengan sempurna, aku mengambil ponsel dan memutar playlist favoritku, yang di mana isinya adalah lagu milik BTS dan beberapa lagu korea lainnya.

"Kkum-i mwo geochanghan geolago? Geunyang amuna doelago, we deserve a life mwoga keugeon jaggeon geunyang neoneun neojanh-eo," aku bernyanyi pelan dengan mata terpejam dan badan bersandar ke belakang.

Aku menghela napas lumayan kencang, kemudian tersenyum tipis, dengan mata masih terpejam. Ternyata luka dan trauma yang kualami selama ini tidak sepenuhnya memberikan dampak buruk untukku, namun juga memberikan dampak positif, seperti aku bisa lebih bersyukur dan menghargai saat mentalku sedang stabil, lebih bersabar dan yang paling terpenting tidak mudah meghakimi seseorang tanpa tahu bagaimana kondisi sebenarnya.

Tiba-tiba saja, seseorang memegang pundakku dari arah belakang, aku menoleh dan ternyata itu bunda, perempuan paruh baya itu tersenyum sambil membawa roti tawar dan segelas susu putih. Aku melepaskan headphone ku dan mengambil roti tawar dan segelas susu putih tersebut dari tangan bunda.

"Di abisin roti sama susunya," ujar bunda tersenyum dan mengelus lembut kepalaku.

Aku mengangguk dan tersenyum, bunda keluar dari kamarku. Aku membuka laptop dan mulai mengecek kembali esai untuk beasiswaku, saat aku sedang fokus mengecek esaiku, ponselku kembali berdering, aku meraih ponsel tersebut dan menatapnya, ternyata satu email dari Paragon Pictures, senyumku seketika langsung mengembang saat aku membaca isi email tersebut, yang menginfokan bahwa pitch deck ku lolos, dan mereka ingin bekerja sama denganku.

"Alhamdulillah, terima kasih ya Allah," air mataku kini sudah bergulir menuju pipi.

Mulai saat ini, aku berjanji kepada diriku sendiri, bahwa tidak akan ada lagi rasa putus asa di hidupku, aku hanya boleh fokus kepada beasiswa S2 ku di Korea Selatan, memberikan naskah film terbaik untuk Paragon Pictures dan terus berdoa, agar lomba novel ku menang.

"Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini," ujarku kepada diri sendiri.

"Terima kasih Mariana karena kamu tidak menyerah," lanjutku tersenyum, sambil memeluk diriku sendiri.

Lihat selengkapnya