Blurb
Bagi Kinasih, duka dan air mata adalah makanan sehari-hari. Sejak kecil, dia sudah menelan banyak pil pahit, terlahir di keluarga kurang mampu dan jauh dari kata layak. Bahkan, dia juga harus merelakan mimpinya untuk menjadi perawat karena ketiadaan ekonomi, sama seperti gadis desa lainnya. Keadaan semakin parah saat sang nenek—wanita yang merawatnya sejak ibu kandungnya tiada—mulai sakit-sakitan dan butuh pengobatan. Tepat sebelum wanita itu menyerah dengan usianya, selembar surat wasiat dituliskan khusus untuk cucu semata wayangnya. Dia ingin Kinasih mencari keberadaan ayah kandungnya di Jakarta yang hilang kabar setelah Tragedi 1998.
Sanggupkan Kinasih menemukan ayahnya? Masih mungkinkah mereka bersua? Bagaimana jika hanya pusara yang ditemuinya?