PANCA-GILA : Ucup left The Group

Alvin Raja
Chapter #1

Permulaan

Suara guntur yang menggelegar seolah mengiringi jatuhnya sesosok tubuh dari atas tebing curam, langsung menukik menembus permukaan sungai yang hitam.

Suasana seketika berubah mencekam. Langit diselimuti awan mendung bergelung-gelung. Hujan gerimis turun bagaikan jarum-jarum mungil yang dingin. 

"Astaga, apa itu?" seorang pria paruh baya berbisik tegang. Bocah yang duduk di sampingnya pun berubah pias. Ayah dan anak itu tengah memancing dari atas perahu mungil mereka.

“Kayaknya ada yang jatuh dari atas tebing pak.” Jawab anaknya sambil gemetar.

Sang ayah langsung membawa perahu mereka ke arah suara dentuman tersebut berasal. Namun sesampainya mereka disana tidak tampak siapapun.

“Pak, kita pulang aja ya. Didi takut.”

“Bentar ya nak.”

Sang ayah mencoba kembali mengitari area tersebut namun hasilnya tetap sama.

“Jangan-jangan ada yang tenggelam terhisap palung sungai ini ya pak?” Kali ini Didi semakin ketakutan.

“Kita menepi dulu ya. Bapak mau telepon polisi.”

Sang Ayah menepikan perahu mereka. Lalu tiba-tiba Sang Anak berteriak.

“Pak! Kayaknya ada yang ngambang disana!” Didi menunjuk ke arah gua yang berada dibawah tebing.

“Didi kamu tunggu disini ya. Bapak mau kesana.”

“Bapak jangan tinggalin Didi.”

“Kamu tenang aja nak. Bapak cuman mau cek sebentar. Ini pake jas hujannya ya.” Sang ayah mengambil jas hujan anaknya dari dalam perahu.

Setelah menurunkan Didi ke tepi sungai, sang ayah lalu membawa perahunya ke arah gua. Didi menunggu selama beberapa menit dan Ia mulai gelisah karena tidak ada tanda-tanda kembalinya sang ayah.

“Pak? Bapak bisa dengerin Didi?

Hujan semakin deras. Didi mencoba berlindung dibawah pohon. Air matanya mulai mengalir.

“Pak? Ayo pulang pak!” tangisan Didi semakin menjadi-jadi.

Tidak lama kemudian Ia melihat perahu ayahnya datang menepi. Didi langsung berlari menuju ayahnya.

“Pak, bapak gapapa kan? Udah ketemu orangnya?”

Sang ayah tidak menjawab. Raut wajahnya tampak pucat pasi.

“Pak? Bapak kenapa? Itu beneran ada orang yang jatuh?”

Tiba-tiba Sang ayah tersenyum. Senyuman yang sangat ganjil disertai tatapan misterius yang Didi tidak pernah lihat sebelumnya.

“Nggak ada apa-apa nak. Rupanya cuman kayu pohon yang jatuh. Yuk kita pulang.”

“Kayu? Kayaknya bukan deh pak. Tadi itu Didi lihat…”

“Cuman kayu!” Teriak sang ayah.

Lihat selengkapnya