PANCA-GILA : Ucup left The Group

Alvin Raja
Chapter #9

Langit dan Bumi

Hujan deras disertai angin kencang yang menyelimuti area perkemahan membuat upaya pencarian Ucup terpaksa dihentikan, setidaknya untuk beberapa jam. Kevin dan Kezia duduk bersama di dalam aula sedangkan Andre dan Renata berdiri di halaman depannya. Sejak perdebatan terakhir mereka, Kezia dan Renata terlihat saling menghindari.

“Jo, kalian jangan gini dong. Gimanapun juga kan mereka teman kita. Gak enaklah kalo kita semua jadi saling mencurigai.” Kevin mencoba memecahkan suasana hening diantara mereka.

“Jangan gini gimana maksudnya? Lu tadi lihat sendiri kan fotonya? Dan kalau boleh jujur, belakangan ini gue memang ngerasa ada yang aneh sama sama gerak-gerik mereka. Gue yakin Andre sama Renata pasti sedang berusaha menyembunyikan sesuatu.” ujar Kezia.

“Menyembunyikan apa?”

“Lu inget gak surat kaleng yang dulu dikirim almarhum Beni buat Andre dan Renata? Gue yakin alasan Beni berani bikin surat itu karena dia tahu rahasia besar mereka berdua.”

“Dan menurut lu Ucup juga melakukan hal yang sama?”

Kezia terdiam sejenak. “Gue tahu Ucup bukan orang seperti itu. Tapi gimana kalo ternyata ini semua saling berkaitan?”

Pandangan Kezia kembali melayang ke halaman depan. Tiba-tiba kedua mata Renata dan Kezia saling bertemu. Renata langsung buru-buru mengalihkan pandangannya. Detik itu juga Kezia tersadar. Ada yang salah dengan Renata.

---

10 BULAN SEBELUMNYA

Sudah lima belas menit berlalu sejak Renata menumpahkan seluruh kegelisahan hatinya. Ucup yang duduk di sebelahnya berupaya menjadi pendengar yang baik untuk Renata.

“Kalo lu jadi gue, apa yang bakal lu lakuin cup? Jujur gue bingung. Sebenernya gue juga gak mau akhiri ini semua. Gue sayang banget sama dia. Tapi kalo harus selalu sembunyi-sembunyi kayak gini, lama-lama orang lain pasti bakal tahu. Dan kalau itu sampai terjadi, bisa hancur semuanya!”

“Kalo saya jadi kamu, saya mungkin akan cari orang lain yang bisa dijadikan tameng.” Jawab Ucup.

“Tameng?” Renata kebingungan.

“Maksud saya kayak third wheel gitu.” jelas Ucup.

Akhirnya Renata menyadari apa yang Ucup coba jelaskan dari tadi. “Oke gue paham sekarang. Jadi maksud lu gue harus minta orang lain untuk temenin kita setiap kali lagi jalan bareng supaya gak dicurigai kan?"

"Ya betul!" Jawab Ucup dengan mantap.

“Tapi masalahnya siapa yang bisa gue percaya? Kejo gak mungkin. Kepin apalagi.”

“Nah itu dia saya juga bingung. Mungkin saudara kamu kali?”

“Gue gak punya saudara kandung. Dan semua sepupu gue gak bisa dipercaya.” Renata masih berpikir keras. Lalu tiba-tiba Ia menatap Ucup dengan pandangan yang tidak biasa. Ucup langsung menyadari apa yang ada di benak Renata.

“Renata, jangan bilang kamu mau jadiin saya third wheel-nya kamu?”

Renata menganggukkan kepalanya sambil menyunggingkan senyuman jailnya.

“Waduh Maaf ya Renata. Tapi untuk itu saya gak bisa. Ini terlalu berbahaya. Nanti kalau ada apa-apa malah saya yang kena batunya.” jawab Ucup.

“Gue jamin lu bakal aman cup! Please.. Cuman ini satu-satunya jalan keluar yang terbaik untuk hubungan gue dan Andre.” Renata memohon.

Ucup terdiam selama beberapa detik sampai akhirnya bel masuk berbunyi dan memaksanya untuk segera memberikan jawaban untuk Renata. “Saya pertimbangkan dulu ya. Nanti saya kabari kamu.”

 “You are my only last hope to save my relationship with him, cup. Gue gak tahu lagi harus gimana. Jadi tolong ya." Renata tiba-tiba memeluk Ucup.

Bola mata Ucup berkaca-kaca. Seumur hidupnya, Ia belum pernah dipeluk oleh wanita lain selain bibinya. Bahkan ia tidak ingat rasanya dipeluk oleh Ibunya sendiri. Lalu hari ini wanita yang Ia kagumi sejak hari pertama dirinya menginjakkan kaki di sekolah ini mendekapnya dengan hangat namun disertai dengan permintaan yang sangat berat. Dan parahnya, semua ide ini berasal dari mulutnya sendiri. Seketika Ucup merasa dirinya sebagai manusia paling bodoh sedunia.

“Oke kita balik ke kelas sekarang ya. Bel masuk udah bunyi.” Ucup melepaskan pelukan Renata dan melangkah pergi.

“Cup, untuk masalah yang kemarin, sekali lagi gue minta maaf ya.” Kata-kata Renata barusan membuat langkah Ucup tertunda.

“Maksud kamu masalah yang mana?” Ucup memastikan.

“Dua hari yang lalu, waktu aku paksa kamu untuk wawancara di mobil.” Lanjut Renata. Ucup tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan sambil tersenyum tipis.

“Jujur sejak kejadian itu, aku ngerasa bersalah banget. Apalagi setelah aku tau apa yang terjadi sama sama orang tua kamu.” Ujar Renata.

“Ih tumben Renata pake aku kamu. Biasanya lu gue.” Jawab Ucup sambil sedikit tertawa untuk mencairkan suasana. Renata tersenyum malu mendengar reaksi Ucup.

“Gapapa santai aja. Kan saya udah bilang kalo saya udah maafin kamu.” lanjut Ucup.

Lihat selengkapnya