Ucup dengan setelan jas rapi dan celana panjang hitamnya memandang cermin sambil menertawakan perjalanan hidupnya. Beberapa bulan yang lalu dirinya bukanlah siapa-siapa. Ia hanya seorang anak muda dari desa Sukamadu yang punya mimpi untuk membahagiakan bibinya. Namun hari ini, belum genap tiga bulan sejak dirinya menyandang status sebagai siswa SMA Nusantara, Ia akan menikmati akhir pekannya bersama para penguasa dan petinggi negara. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang membuyarkan lamunannya. Ucup langsung membuka pintu.
“Selamat sore. Dengan Tuan Yusuf Masadi?” ujar pria tersebut sambil tertawa kecil.
“Eh Andre. Saya pikir siapa.” Ucup menggaruk kepalanya. ”Makasih ya udah pinjemin jasnya. Untung muat sama saya.”
“Sama-sama cup. Tadinya gue pikir bakal kekecilan karena ini jasku waktu masih kelas tiga SMP. Ternyata pas banget ya di kamu!” ujar Andre dengan bersemangat sambil menepuk pundak Ucup. “You look great man! Gue jamin cewek-cewek di acara malam ini pasti bakal klepek-klepek lihat kamu.” Puji Andre.
“Waduh.. Mana ada yang mau sama muka jelek dan badan kurus kerempeng kayak gini.” Ujar Ucup sambil menertawakan dirinya.
“Gak boleh gitu dong cup. Sebagai cowok kita harus percaya diri! Never look down on yourself!” tegur Andre. Ucup tersenyum. Kata-kata Andre barusan mengingatkannya pada bibinya Hernita yang selalu menasihatinya setiap kali Ia mulai meremehkan diri sendiri.
“Jadi lu dah siap kan cup? Kita turun ke bawah yuk! Bokap sama nyokap gue kayaknya udah nunggu.” Ajak Andre sambil melangkah menuju tangga. Ucup mengangguk mantap dan mengikuti Andre dari belakang.
“Memangnya setiap tahun SMA Nusantara selalu bikin acara mewah seperti ini ya, ndre?” tanya Ucup.
“Biasanya sih gak semewah ini cup. Tapi kata Renata, karena tahun ini Special Anniversary Sekolah Nusantara yang ketujuh puluh lima, jadi pak Hendra Wijaya memang sengaja buat perayaan yang lebih besar dari biasanya. Gue denger kali ini Pak presiden juga bakal diundang.”
“Oh ya? Pak Wicaksono juga bakal ada disana? Waduh saya jadi makin grogi nih.” Membayangkan suasana acaranya saja sudah membuat tangan Ucup keringat dingin.
“Santai aja cup. Kamu kan justru bakal jadi bintangnya disana. Gue yakin semua orang tua murid udah pada penasaran lihat sosok Ucup The Legend yang sempat bikin gempar SMA Nusantara.” Ujar Hendra sambil tertawa.
“Aduh ndre. Kamu bikin saya makin deg-degan aja.” Pernyataan Andre barusan membuat jantung Ucup berdetak semakin kencang.
Begitu mereka tiba di ruang tamu, Ucup dan Andre berpapasan dengan Guswono dan Mirna. Perhatian Ucup langsung teralihkan dengan penampilan mereka berdua yang terlihat sangat elegan dan berwibawa. Guswono dengan batik lengan panjang yang menutupi tubuh kekarnya dan Mirna dengan kebaya putih berbentuk gaun panjang yang semakin menyempurnakan kecantikannya. Ucup kini bisa memahami dari mana wajah rupawan Andre berasal.
“Selamat sore. Wah kalian berdua sudah seperti pangeran yang siap menjemput calon permaisurinya ya.” Sahut Guswono sambil tertawa.
“Apaan sih bapak ini?” jawab Andre yang mulai salah tingkah. Begitu Guswono menyebut permaisuri, satu-satunya wanita yang terlintas di benak Andre adalah Renata. Membayangkan dirinya harus terus menyembunyikan hubungannya dengan perempuan yang Ia sayangi semakin menyiksa batinnya.
“Makasih ya pak udah undang saya untuk berangkat bersama. Padahal tadinya saya udah rencana kesana naik angkot saja.” Ujar Ucup sambil menunduk malu.
“Sama-sama cup. Kamu gak usah sungkan. Lagian untuk acara spesial seperti ini kamu harus tampil prima kan?” Jawab Guswono dengan hangat sambil tersenyum lebar.
“Ayo cepetan berangkat pak. Itu supir kita udah nunggu.” Mirna langsung memotong pembicaraan mereka. Seketika itu juga Ucup langsung merasa ada yang berbeda dari Mirna. Sikapnya kali ini lebih dingin dari biasanya.
---
Area sekolah Nusantara sore ini dikerubungi oleh banyak awak media yang ingin mengabadikan acara bersejarah yang berhasil mengumpulkan berbagai petinggi negara. Mulai dari Walikota, Gubernur, Para pejabat kementrian, ketiga calon pemimpin presiden yang baru, hingga Wicaksono, orang nomor satu yang saat ini masih menjabat sebagai Presiden Nusantara. Wicaksono datang bersama istri, anak dan menantunya.
Tidak lama kemudian mobil Alphard milik Guswono berhenti tepat di depan gapura sekolah Nusantara. Belasan awak media langsung mengerumuni pintu mobilnya. Para petugas keamanan Guswono langsung turun dari kendaraan mereka dan berjaga di depan pintu mobil Guswono untuk membatasi akses bagi para wartawan yang ingin mewawancarai Guswono dan keluarganya. Dengan gagah, Guswono keluar dari mobil sambil menggandeng istrinya. Lalu dari belakang mereka tampak Andre dan Ucup yang berjalan bersama. Kemunculan Ucup langsung menarik perhatian para wartawan.
“Saudara Yusuf, apa hubungan anda dengan Pak Guswono?”
“Saudara Yusuf, bisa tolong ceritakan bagaimana anda bisa diterima di SMA Nusantara Batavia?”
“Saudara Yusuf, Apakah benar isu yang beredar di luar sana bahwa kehadiran anda merupakan bagian dari agenda politik Hendra Wijaya?”
Tanpa diduga Guswono menghentikan langkahnya dan menjawab pertanyaan dari para wartawan. “Memangnya salah kalau dia masuk ke SMA Nusantara? Bukannya justru kalian seharusnya memuji kinerja Hendra Wijaya yang memberikan kesempatan untuk anak-anak berprestasi seperti dia?”
Reaksi Guswono benar-benar diluar perkiraan. Guswono yang terkenal selalu berseberangan jalan dengan Hendra Wijaya malah membela lawan politiknya. Sebelum para wartawan kembali menyerang Guswono dengan pertanyaan-pertanyaan lain, pengawalnya langsung membawa mereka semua masuk. Sekumpulan tanda tanya terus digaungkan para wartawan hingga membuat Ucup semakin terguncang. Detak jantungnya berdetak kencang. Seluruh tubuhnya langsung gemetar. Andre yang menyadari kepanikan Ucup langsung menarik tangannya agar mereka berjalan lebih cepat dan masuk ke dalam area bebas wartawan. Setelah mereka semua tiba di area yang aman, Ucup langsung menarik nafas dalam.
“Dang! That was insane!” Andre yang juga tidak mengantisipasi serangan dari para wartawan masih terheran-heran.
“Cup, kamu gapapa?” Guswono langsung menghampiri Ucup yang masih terlihat panik dan gemetaran.
“Gapapa pak. Cuman shock aja tadi.” Ujar Ucup sambil berupaya keras bersikap tenang dan menutupi kegugupannya.
“Kamu tenang aja. Pokoknya kalau kamu ketemu mereka lagi, kamu cukup diam saja ya. Gak usah komentari apapun.” Ujar Guswono menenangkan perasaan Ucup.
“Pak, ayo cepetan masuk ke aula.” Mirna langsung memotong pembicaraan mereka berdua. Guswono menepuk pundak Ucup sebelum Ia melangkah pergi bersama istrinya.
“Bu, kalian duluan aja ya ke aulanya. Nanti kita nyusul.” Sahut Andre. Mirna mengangguk pelan dan lanjut berjalan bersama suaminya.