PANCA-GILA : Ucup left The Group

Alvin Raja
Chapter #19

Aib dan Misteri

Kehadiran beberapa murid dari Sekolah Nusantara di malam itu benar-benar tidak Ucup duga. Bahkan Anton, salah satu murid yang pernah merundungnya di hari pertama Ia menginjakkan kaki di SMA Nusantara juga datang mengunjunginya.

“Lah? Anton dan kawan-kawannya pada datang kesini juga? Kesambet apa mereka?” tanya Kevin.

“Kayaknya gara-gara berita di akun medsos Hot News Sekolah Nusantara, mereka semua pada konvoi kesini.” Ujar Kezia sambil menunjukkan gawainya kepada Kevin.

“Gercep juga ya mereka.” Sahut Kevin spontan. “Gue gak nyangka mereka bela-belain kesini malam-malam.”

Dari tempatnya duduk, Kevin bisa melihat suasana padat di ruang tamu. Selain Anton, ada seorang wanita yang juga baru tiba.

“Eh itu tante Mirna kan ya? Loh? Kok dia malah kesana?” tanya Kevin kepada Kezia sambil menunjuk ke arah ruang tamu. Mirna yang tampak kebingungan malah berjalan menuju taman, sebuah sudut halaman rumah Ucup yang sepi dari keramaian.

“Ihh gak sopan tauk nunjuk-nunjuk gitu.” Cetus Kezia sambil menurunkan tangan saudaranya. “Iya itu dia. Kalau gak salah tadi kayaknya om Guswono habis keluar sebentar untuk samperin tante Mirna dan driver-nya yang nyasar.”

“Oh gitu. Gue pikir dia gak datang. Dari kemarin yang gue liat cuman Om Guswono aja soalnya.” Jawab Kevin sambil menggaruk kepalanya. “Tapi kalo dipikir-pikir Om Guswono tuh baik banget ya. Dari kemarin malam dia rela temenin Ucup mulai dari rumah sakit sampai ngantar kesini dan atur semua acara pemakaman bibinya Ucup juga. Udah kayak bapaknya Ucup aja dia.”

Ucup yang baru saja menyelesaikan makan malamnya dan sedang meminum segelas air untuk membersihkan kerongkongannya langsung tersedak begitu mendengar celotehan polos dari temannya. Sebuah kekhawatiran langsung menghinggap di kepalanya. Apakah Kevin juga sudah tahu? 

“Eh lu gapapa cup?” Mendengar Ucup yang terbatuk-batuk, perhatian Kevin langsung teralihkan.

“Gapapa kok. Cuman keselek aja.” Jawab Ucup cepat.

“Malam cup. Kita semua turut berdukacita ya. Tadi siang kita baru dengar kabarnya.” Terdengar sapaan Anton bersama gerombolan gengnya yang datang menghampiri Ucup.

“Oh.. Malam juga. Terimakasih ya sudah bela-belain datang kesini.” Jawab Ucup dengan sopan. Kedatangan Anton dan kawan-kawannya benar-benar merupakan kejutan besar yang tidak Ucup duga. Sekelompok murid SMA Nusantara yang pernah merundungnya kini malah bersikap bersahabat kepadanya. Ada sebuah keganjilan yang Ucup bisa rasakan dari kedatangan dan sikap bersahabat mereka, namun Ia memutuskan untuk mengabaikannya.

“Maaf ya baru bisa datang sekarang. Ini kita langsung berangkat sore-sore dari sekolah soalnya.” Seolah sanggup membaca pertanyaan yang hendak Ucup ajukan, Anton langsung menjelaskan alasan ketibaannya disana malam ini.

“Wah ini siapa? Pada ganteng-ganteng banget ya!” Suasana canggung di halaman belakang itu langsung dicairkan oleh kehadiran Dahlia yang tampak berbinar-binar melihat kehadiran mereka semua. Anton dan teman-temannya menyunggingkan senyuman sungkan.

“Kenalin, ini Bi Dahlia. Dia salah satu orang terdekat tante saya.” Menyadari sikap kikuk Anton dan kawan-kawannya, Ucup langsung memperkenalkan mereka.

“Halo. Saya Anton. Ini teman-teman saya. Chiko, Petra sama Galih.” Jawab Anton sambil memperkenalkan ketiga temannya.

“Ihh ganteng banget sih kalian semua.” Ujar Dahlia dengan penuh semangat. Anton kembali menggaruk kepalanya dan tersenyum sungkan.

“Halo temen-temennya Ucup. Pasti pada capek kan setelah tiga jam perjalanan dari Batavia? Yuk diambil dulu makanan dan minumannya di dalam.” Dari belakang Miryam langsung menyelamatkan Anton dari serangan jahil Dahlia.

“Baik bu. Saya mau ke toilet sebentar. Kalau boleh tahu kamar mandinya ada dimana ya?” tanya Anton.

“Oh kebetulan toilet disini lagi penuh. Dek Anton bisa ke taman depan aja ya. Kalo cowok kan gampang. Tinggal di rawa-rawa langsung beres deh..” sahut Dahlia sambil sedikit tertawa.

“Oh iya gapapa kok.” Jawab Anton dengan cepat.

“Pokoknya kamu tinggal lurus aja kesana. Di pojokan ada tanah kosong. Gak ada siapa-siapa kok disana.” Sahut Miryam sambil menunjuk ke arah yang Dahlia maksud.

“Baik, terimakasih bu.” Sahut Anton sambil beranjak pergi. Tidak lama kemudian ketiga kawannya langsung mengikuti langkah Dahlia dan Miryam ke ruang makan.

“Jo, gue ke ruang tamu sebentar ya. Mau samperin nyokap.” Bisik Kevin kepada Kezia. “Cup, gue cabut bentar ya.” sahutnya sambil beranjak dari tempat duduknya. Ucup mengangguk pelan.

Kini hanya ada Ucup dan Kezia. Setelah terdiam selama beberapa detik, Kezia akhirnya memecahkan keheningan diantara mereka.

“Cup, kalo lu butuh temen cerita, please jangan sungkan bilang ke gue ya.” Ujar Kezia sambil menggenggam tangan Ucup. Genggaman tangan itu terasa berbeda. Perlahan Ucup menatap mata Kezia. Senyuman manis yang Kezia sunggingkan di bibirnya terasa sangat menyejukkan.

“Iya jo.. Makasih ya kalian udah selalu setia temani saya. Saya jadi gak enak kalian semua jadi pada bolos sekolah gara-gara saya.” Jawab Ucup sambil tersenyum malu.

“Kita semua kan udah kayak keluarga. Gak ada yang namanya ‘gak enakan’ kalau sama kita.” Jawab Kezia.

Mendengar kata keluarga, bola mata Ucup kembali berkaca-kaca. Satu-satunya wanita yang Ia kenal sebagai keluarga kini telah meninggalkannya untuk selama-lamanya.

“Kalau boleh jujur, dulu alasan saya mau pergi meninggalkan Sukamadu cuman satu. Membanggakan bibi saya yang sejak dulu sudah berjuang keras untuk saya. Saya ingin mengangkat derajat dia dan bikin bibi saya bisa merasakan hidup yang nyaman apabila suatu saat nanti saya bisa hidup mapan.” Ujar Ucup sambil sesekali menyeka air matanya. “Tapi sekarang saya udah kehilangan satu-satunya orang yang jadi motivasi terbesar saya untuk terus berjuang di Batavia. Saya udah gak tahu lagi harus gimana.”

Ucup yang selama ini selalu tertutup dan tidak pernah mencurahkan isi hatinya kini terlihat sangat rapuh. Tanpa Kezia sadari, air mata Kezia juga sudah mengaliri pipinya.

You are not alone cup.” Ujar Kezia sambil memeluk Ucup dengan hangat. “Aku mohon sama kamu.. Please. Jangan pernah menyerah sama mimpi kamu. Setidaknya kamu berhak berjuang untuk diri kamu sendiri.”

Lihat selengkapnya