Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Rumah Sakit Sukamadu dipenuhi oleh puluhan awak media. Para petugas keamanan Rumah Sakit yang jumlahnya terbatas tampak kewalahan mengatasi serangan dari para wartawan yang berjuang untuk masuk ke dalam. Berita kecelakaan Hendra Wijaya dan Renata langsung menyebar kemana-mana. Tagar #PrayforRenata&HendraWijaya menjadi trending topik di berbagai platform sosial media. Tragedi yang menimpa mereka ramai diperbincangkan di seluruh penjuru Nusantara.
“Mohon semuanya harap tenang. Halaman lobi ini Kawasan bebas wartawan. Semuanya harap bersabar menunggu di luar.” Ujar salah satu petugas keamanan rumah sakit yang terlihat kesulitan mengendalikan keramaian yang menyelimuti area pintu masuk rumah sakit.
Sebuah mobil yang baru saja tiba akhirnya mengalihkan perhatian mereka. Tampak Ucup, Kevin dan Kezia yang turun bersama-sama, diikuti oleh Riana yang datang bersama mereka. Para awak media langsung memburu mereka dan menghujaninya dengan berbagai macam pertanyaan.
“Saudara Ucup, apakah benar bahwa Saudari Renata dan Saudara Hendra Wijaya baru saja mengunjungi kediaman anda di Sukamadu tidak lama sebelum mereka mengalami kecelakaan?”
“Saudara Kevin, Apakah sudah ada kabar terbaru dari Ayah anda?”
“Saudari Kezia, Apa benar rumor yang menyatakan bahwa ayah anda meningggal dunia di lokasi kecelakaan?”
“Saudari Riana, Bagaimana tanggapan anda dengan tragedi menghilangnya mantan suami anda dalam kecelakaan tragis ini?”
Bola mata Kezia tampak berkaca-kaca. Ia tidak siap menghadapi ini semua. Ucup yang berdiri di sampingnya menggenggam erat tangan Kezia dan menyunggingkan senyuman untuknya agar Kezia bisa tetap kuat melewati ini semua.
“Jo, Kamu gak usah dengerin mereka ya. Ikuti saya aja. Kita hadapi ini semua sama-sama.” Dengan hangat, Ucup membisikkan serangkaian kata-kata yang menghangatkan sukmanya. Seraya Kezia menggenggam tangan Ucup dengan erat, air matanya mengalir semakin deras. Pengawal Riana disertai Para petugas keamanan rumah sakit dengan sigap mengawal mereka berempat memasuki area lobi.
Tak sepatah katapun terucap dari bibir mereka. Para wartawan yang tak jua berhenti melontarkan berbagai tanda tanya tampak kecewa dengan nihilnya tanggapan dari mereka semua.
Sesampainya mereka di area bebas wartawan, Kevin yang dari tadi berusaha menahan amarahnya akhirnya mengungkapkan kegundahannya.
“Kurang ajar mereka semua!” ujar Kevin yang tampak kesal dengan berbagai pertanyaan yang mereka lontarkan tentang ayahnya. “Enak aja mereka bilang kalo Papa udah meninggal dunia.“ Kali ini suara Kevin terdengar bergetar. Tanpa Ia sadari Air matanya mulai mengaliri pipinya. Riana langsung memeluk Kevin dan berusaha menenangkan anaknya yang mulai menangis terisak-isak.
“Papa pasti gapapa kan ma? Papa pasti masih hidup kan ma?” ujar Kevin kepada Riana, seolah ibunya mampu memperbaiki situasi layaknya Ibu peri.
“Kamu yang sabar ya nak. Mama yakin papa kamu pasti gak kenapa-kenapa.” Ujar Riana yang juga terlihat pucat pasi.
Di seberangnya tampak Kezia yang masih belum bisa berhenti menangis di dalam dekapan Ucup.
“Gue gak akan bisa maafin diri gue sendiri kalo bokap sampe gak ada, cup. Gue gak pernah kasih dia kesempatan untuk nebus kesalahannya. Gue udah jahat banget sama dia cup.” Ujar Kezia sambil menangis tersedu-sedu.
“Kamu gak salah jo. Papa kamu pasti ngerti alasan sikap kamu ke dia selama ini. Aku yakin papa kamu gak kenapa-kenapa. Dia pasti selamat.” Ucup berusaha sebisa mungkin menguatkannya. Kezia yang selama ini selalu tampak tabah dan tangguh kini berubah menjadi rapuh. Seolah tidak lagi memiliki harapan dan kesempatan kedua, Kezia kini tenggelam dalam kubangan penyesalan yang terdalam.
Kevin yang sejak tadi menangis di dalam dekapan Riana perlahan melepaskan pelukan ibunya.
“Kita sekarang ke ruangannya Renata dan Om Hendra ya.” Ujar Riana sambil mengusap air mata di pipi putranya.
“Mama duluan aja kesana. Nanti Kevin nyusul. Aku lagi butuh waktu sendiri ma.” Ujar Kevin sambil melangkah pergi. Riana mengangguk pelan dan memutuskan untuk tidak menghalanginya. Ia mengerti bahwa ini semua terlalu sulit untuk Kevin lalui.
Setelah melepas Kevin pergi, Riana akhirnya menghampiri Kezia yang masih menangis di dalam dekapan Ucup. Dengan hangat, Riana ikut memeluk anaknya. Namun pelukan Riana justru membuat tangisan Kezia semakin menjadi-jadi.
“Kezia yang kuat ya nak. Mama yakin papa pasti bakal baik-baik aja.” Ujar Riana yang kini juga ikut meneteskan air matanya.
“Selama ini Kejo udah jahat banget sama papa. Kejo nyesel ma.” Ujar Kezia sambil menangis terisak-isak di pelukan ibunya.
“Kamu jangan ngomong begitu nak. Sekarang lebih baik kita semua sama-sama mendoakan papa, ya. Semoga dia bisa ditemukan dengan keadaan selamat.” Jawab Riana sambil mengusap rambut Kezia dengan lembut.
Para warga sekitar yang berada di area lobi ikut merasa iba menyaksikan pemandangan ini.Untuk pertama kalinya mereka dapat melihat dengan lebih dekat kehidupan pribadi salah satu calon presiden mereka. Riana, satu-satunya kandidat Presiden Wanita yang terkenal dengan image-nya sebagai Wanita Tangguh kini menjelma menjadi sosok ibu yang hangat.
---
Kevin berjalan tak tentu arah. Rumah Sakit Umum Sukamadu yang padat merayap dengan banyaknya petugas medis yang lalu lalang menangani para pasien membuat kepala Kevin sakit. Ia akhirnya memutuskan untuk berjalan menuju area tangga darurat. Kevin berharap disana Ia dapat menemukan ketenangan, setidaknya untuk beberapa menit saja.
Di area tangga darurat ini Kevin menghembuskan nafas lega karena pada akhirnya Ia bisa terbebas dari keramaian. Disana, Kevin kembali menumpahkan tangisnya. Menangis sendirian selalu menjadi pilihan terbaik baginya setiap kali Ia merasa gundah dan tertekan.
---
Di sela-sela tangisannya, tiba-tiba terdengar suara pintu emergency yang terbuka di lantai atas. Cepat-cepat Kevin mengusap air matanya. Tidak lama kemudian terdengar suara seorang pria yang terdengar familiar di telinganya.
“Ini semua emang gara-gara Roy sialan itu!” ujar salah seorang pria.
Mendengar nama ayahnya disebut, Kevin yang hendak pergi langsung menghentikan langkahnya. Merasa penasaran, dengan perlahan Ia mengintip dari tangga bawah untuk memastikan sumber dari suara yang Ia dengar.
“Cepat Kunci pintunya!” perintah Pria tersebut kepada temannya. “Pastikan gak ada orang disini.” Lanjutnya.
“Disini sepertinya gak aman bos. Lihat itu Ada CCTV. Mending kita bicarakan ini di toilet aja.” Sahut pria yang satu lagi.
“Emangnya ada Toilet di dekat Tangga Emergency?”