Sepanjang perjalanan di lorong rumah sakit, pikiran Ucup tidak bisa berhenti mengembara. Terlalu banyak rentetan peristiwa besar yang terjadi di sekitarnya. Makin kesini Ia makin merasa lelah dengan semua kejadian yang ada. Sebuah panggilan masuk dari Dahlia tiba-tiba membuyarkan lamunanya.
"Halo bi?"
"Gimana disana nak? Semuanya aman kan?" Dahlia memastikan.
"Aman bi."
"Kamu udah sempat ketemu Guswono?"
"B-belum bi,"
"Bibi rasa kamu harus mulai selidiki hubungan dia sama bibi kamu nak. Bi Dah yakin pasti mereka berdua punya masa lalu yang saling berhubungan." ujar Dahlia.
"Iya bi. Nanti pelan-pelan Ucup akan selidiki."
"Pokoknya kalau ada apa-apa, Ucup jangan lupa kasih tahu bibi ya.
"Iya, pasti. Bi Dah gak usah khawatir ya. Nanti Ucup pasti akan cerita." Ujar Ucup dengan mantap.
Sayup-sayup terdengar suara Kevin dan Kezia yang sedang berdebat.
"Bi, Ucup tutup dulu teleponnya ya. Nanti Ucup akan hubungi lagi." ujarnya sebelum Ucup menutup telepon tersebut.
Semakin lama suara Kevin dan Kezia semakin jelas terdengar. Akhirnya Ucup menemukan sumber suara itu berasal. Kevin dan Kezia tampak sedang beradu agumen di salah satu sudut Gedung rumah sakit, tepat sebelum pintu toilet.
“Pin, gue itu sodara kembar lu. Loe gak bisa bohong sama gue. Sejak semalam gue udah ngerasa ada yang gak beres. Jadi sekarang gue minta lu cerita sama gue. Ada apa sih sebenarnya?” Terdengar jelas suara Kezia yang tengah mendesak Kevin untuk mengungkapkan misteri di balik sikap dingin yang ia tunjukkan setiap kali membicarakan soal Roy, ayah mereka.
“Udah berapa kali gue bilang. I’m totally fine. Gak ada masalah apa-apa, jo. Kemarin tuh gue cuman capek aja. Lagian bisa gak sih lu sekaliii aja positive thinking?” Kevin masih berupaya berkilah dari serangan pertanyaan Kezia.
“I’m not that stupid pin. I can tell from your eyes setiap kali lu lagi nyembunyiin sesuatu.” sahut Kezia.
Spontan, Kevin tertawa. “Wah kacau nih. Lama-lama udah kayak mbah dukun aja lu jo.”
“Pin, I’m being serious!” ujar Kezia yang sudah semakin kehilangan kesabaran.
“And so do I!” jawab Kevin. “How many times do I have to tell you? Everything is fine between me and my dad.”
“Okay then if that’s what you said, now come with me!” Merasa sudah tidak mampu menekan Kevin dengan desakan, akhirnya Kezia menempuh cara lain. Ia membawa Kevin menuju kamar dimana Roy dirawat. Kevin yang tidak mengantisipasi hal ini tampak pucat pasi.
“Eh Jo, lu ngapain sih? Lepasin gue!”
“Enggak! Pokoknya elu harus ikut gue sekarang!” tegas Kezia yang masih terus menggandeng tangan Kevin.
Begitu mereka berdua tiba di depan pintu kamar dimana Roy dirawat, Kezia langsung menantangnya.
“Okay then. Sekarang gue minta elu masuk ke kamar, sapa papa kita dan buktikan ke gue kalau lu emang biasa-biasa aja sama dia.” Cetus Kezia sambil sedikit tertawa.
“Okay fine!” Kevin menyambut tantangan yang Kezia berikan untuknya.
Ucup yang dari tadi mencuri dengar pembicaraan mereka juga ikut penasaran dan mengintip dari belakang.
Sebelum pintu ruangan Roy terbuka, Kevin menarik nafas dalam dan berusaha keras menutupi kegugupannya. Kamu harus bisa menyembunyikan perasaanmu. Berkali-kali Kevin mengingatkan dirinya sendiri agar bisa menutupi emosi yang ia rasakan.
“Ya udah. Masuk sekarang!” Kezia memberikan aba-abanya.
Tanpa ragu, Kevin langsung melangkah masuk dan membuka pintunya. Begitu ia melihat sosok yang sedang berada disana dengan ayahnya, wajah Kevin kembali pucat pasi. Ia tidak bisa menutupi rasa takut dan kegelisahan yang menghampiri raganya.
“Eh ada Kevin? Masuk nak!” ujar Roy dengan bersemangat.
“Loh? Om Guswono? Ini Kejo gak salah lihat?” Kezia yang juga masuk ke ruangannya tampak terkejut melihat sosok Guswono yang datang menghampiri ayahnya. “Wah jadi ini temanya sahabat lama yang rujuk kembali kah?” ujar Kezia yang mencoba mencairkan suasana. Kevin masih tampak kaku dan pucat pasi.
“Kezia ini bisa aja!” sahut Roy dengan tertawa. “Harap maklum ya Gus. Nurun dari Papanya yang juga suka bercanda.” Lanjutnya sambil menepuk Pundak Guswono.